Rabu, 19 Februari 2020

ALLAH YANG MAHA MENGETAHUI, LEBIH TAU KAPAN ENGKAU HARUS BAHAGIA


Setiap umat yang masih diberi nikmat menghirup udara di dunia ini pasti ingin merasakan kebahagiaan dalam hidup. Siapa sih yang tidak ingin hidup bahagia? Lalu bagaimana sebenarnya definisi hidup yang bahagia itu? Hidup berkecukupan materi? Hidup menggenggam kekuasaan? Atau hidup dengan penuh kesyukuran?

Namun, selama manusia hidup di dunia, tidak melulu kebahagiaan yang akan dia terima. Allah azza wa jalla pasti akan memberikan ujian bagi hamba-hamba-Nya. Tidak ada satupun manusia yang luput dari ujian dan cobaan. Bahkan Rasulullah, sebagai hamba pilihanpun, hidupnya penuh dengan ujian yang berat.

Lalu, apa yang akan dilakukan ketika kita didera berbagai macam ujian yang datang silih berganti? Akankah menyalahkan Allah, menyalahkan keadaan, atau menyalahkan orang lain? Ketahuilah, tidaklah Allah memberikan ujian adalah karena ingin melihat seberapa besar ketakwaan seorang hamba kepada Allah. Allah telah memberikan jaminan akhir yang bahagia bagi orang-orang yang bertakwa, seperti yang telah tertulis di QS. Al A’raf 128, 
“Musa berkata kepada kaumnya: Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah; sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya kepada siapa yang dihendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.”

Dan yakinlah, bahwa janji Allah itu benar.

Seberat apapun masalah yang diberikan oleh Allah, asal kita bertakwa kepada Allah, pasti akan diberikan jalan keluar oleh-Nya. Dan apabila kita tertimpa suatu masalah, hal pertama yang kita lakukan adalah berdoa. Masalah datang dari Allah, maka mendekatlah kepada Sang Maha Pengabul doa jika ingin keluar dari suatu masalah.

Selanjutnya adalah bersabar. Anggaplah kesabaran dalam menghadapi ujian adalah sebuah tabungan kita, karena orang yang bersabar akan mendapatkan pahala tanpa batas. Seperti yang difirmankan Allah di QS. Az Zumar: 10, 
“Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu". Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”

Dan ketika hidup terasa penuh dengan masalah, lakukanlah hal ini, yaitu mendoakan kebaikan bagi saudara-saudara kita sesama muslim. Seperti sabda Rasulullah, 
“Sesungguhnya do’a seorang muslim kepada saudaranya di saat saudaranya tidak mengetahuinya adalah doa’a yang mustajab (terkabulkan). Di sisi orang yang akan mendo’akan saudaranya ini ada malaikat yang bertugas mengaminkan do’anya. Tatkala dia mendo’akan saudaranya dengan kebaikan, malaikat tersebut akan berkata: Amin. Engkau akan mendapatkan semisal dengan saudaramu tadi.” 
(HR. Muslim)

Di setiap ujian dan cobaan pasti ada hikmah yang dapat kita petik. Selalu berhusnuzan kepada Sang Khalik, karena Allah tau yang terbaik untuk hamba-Nya. Sebagai manusia yang beriman dan bertakwa kepada-Nya, sebaiknya kita berdoa, bersabar, bertawakal dalam menghadapi setiap ujian dari Allah azza wa jalla. Ikuti alurnya, nikmati prosesnya, karena Allah Yang Maha Mengetahui, lebih tau kapan kita harus bahagia.


(Dikutip dari kajian khusus muslimah di swalayan Gajah Mada pada tanggal 10 Januari 2020 yang dipandu oleh Ustaz Armedi Raharja , dengan judul yang sama.)


Jumat, 14 Februari 2020

BERHIJRAH, DARIMANA AKU HARUS MEMULAINYA?

Kajian khusus muslimah kali ini bertema hijrah, dan dipandu oleh Ustaz Armedi Raharja. Akhir-akhir ini kata-kata hijrah sering sekali muncul di berita-berita, seperti hijrah finansial, hijrah para artis, hijrah produk, dan hijrah-hijrah yang lainnya. Hijrah, apa sebenarnya hijrah itu?

Sebelum membahas lebih jauh tentang apa itu hijrah, ada baiknya kita bertanya pada diri sendiri, apakah kita sudah melaksanakan semua perintah Allah dengan baik dan benar? Sudahkah kita menjauhi larangan-larangan Allah? Atau kita masih melanggar apa-apa yang jelas-jelas dilarang oleh Allah? Padahal setiap perbuatan maksiat yang kita lakukan pasti akan ada konsekuensinya.

Kadangkala ketika tertimpa suatu musibah, kita menyalahkan keadaan atau menyalahkan orang lain. Lantas pernahkah kita mengoreksi diri sendiri, jika musibah yang kita terima semata-mata karena dosa yang pernah kita buat.

Namun, bukan hal yang sulit bagi Allah memberikan suatu hidayah kepada hamba-Nya. Dan ketika hidayah itu datang kepada seseorang, itu adalah sebuah nikmat, karena datangnya hidayah adalah bentuk cinta Allah kepada hamba-Nya. Berhijrah adalah salah satu bentuk hidayah Allah.

Hijrah, secara harfiah berarti meninggalkan. Hijrah secara pengertian memiliki dua makna.
Yang pertama ‘Hijrah Fisik’ yang memeiliki makna berpindah tempat dari suatu wilayah yang banyak fitnah, ke wilayah yang lebih baik.

Yang kedua adalah ‘Hijrah Maknawi’ yang memiliki makna meninggalkan segala macam kemaksiatan untuk menuju ketaatan dan berjanji tidak kembali kepada kemaksiatan tersebut. Seperti sabda Rasulullah, “Orang-orang yang berhijrah dengan sesungguhnya adalah orang-orang yang meninggalkan apa-apa yang dilarang Allah” (HR. Bukhari Muslim).

Tak sedikit dari saudara, teman, sahabat, atau keluarga kita yang masih kebingungan tentang bagaimana cara untuk mulai berhijrah. Berikut langkah-langkah yang perlu kita lakukan untuk berhijrah.

Langkah pertama, taubatan nasuha. Yaitu dengan memohon ampunan hanya kepada Allah azza wa jalla. Yakinlah bahwa Allah Maha Pengampun. Allah mampu mengampuni segala dosa hamba-hamba-Nya, kecuali satu, dosa syirik. Seperti yang tertulis dalam QS A Zumar: 53 yang artinya, “Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Cara melakukan taubatan nasuha yaitu :
1.        Menyesali segala bentuk kemaksiatan yang pernah kita perbuat,
2.        Berhenti melakukan kemaksiatan,
3.        Berazam (bertekad) kuat,
4.        Mengganti kemaksiatan dengan perbuatan baik,
5.        Menuntaskan tanggungan (jika berkenaan dengan hubungan antara sesama manusia), misalnya dengan meminta maaf, mengembalikan haknya, dan membicarakan kebaikan-kebaikannya.

Langkah kedua, hijrah ikhlas karena Allah. Selalu luruskan niat perbuatan kita karena Allah. Jangan melakukan hijrah karena manusia. Jikalau demikian, seiring dengan berjalannya waktu perbaiki niat kita hanya karena Allah.

Langkah ketiga, bersabar. Jika sudah berhijrah, bukan berarti kita akan terbebas dari ujian ataupun cobaan hidup. Allah pasti akan menguji hamba-hamba-Nya, karena sesungguhnya Allah ingin mengetahui kesungguhan kita dalam berhijrah. Dan seorang hamba yang taat, akan bersabar dari segala macam ujian yang ditimpakan oleh Sang Khalik.

Langkah keempat, mencari komunitas-komunitas yang positif. Karena seseorang itu tergantung dengan siapa dia bergaul, maka dari itu  carilah tempat-tempat yang mendukung kita untuk tetap istikamah dalam berhijrah, misalnya rutin mengikuti kajian-kajian ilmu (majelis taklim).

Langkah kelima, mencari ustaz yang terpercaya dan mumpuni ilmu agamanya. Kita perlu mencari ilmu syariah dari ustaz yang benar-benar memahami ilmu agamanya, Jadi perlu berhati-hati jangan sampai kita salah dalam menimba ilmu agama.

Langkah keenam, membuat skala prioritas. Hal utama yang kita lakukan setelah berhijrah adalah membenahi tauhid dan akidah. Kemudian dilanjutkan memperbaiki hal-hal yang lainnya.

Langkah ketujuh, mencari tau sebab-sebab orang masuk neraka. Sebab seseorang masuk neraka adalah karena dua hal, yaitu:
1.        Fitnah subhat, orang yang tidak mengetahui halal-haram atau tidak mengetahui baik-buruk, serta orang yang melakukan ibadah, namun salah dalam mengerjakannya
2.        Fitnah syahwat, orang yang telah mengetahui kebenarannya, namun masih melakukan kemaksiatan

Langkah terakhir, memperbanyak doa kepada Allah azza wa jalla. Tiada Tuhan yang wajib kita sembah selain Allah, Dialah yang Maha Mengabulkan doa-doa kita. Allah yang Maha Mengetahui isi hati kita, jadi teruslah berdoa kepada Zat yang Maha Membolak-balikkan hati manusia agar selalu berada di jalan-Nya.

Berhijrah bukan hanya sekadar meninggalkan kemaksiatan saja, tetapi kita dituntut untuk tidak kembali lagi kepada kemaksiatan. Mari berhijrah di segala aspek kehidupan secara kafah. Allah telah menjanjikan ampunan dan mengganjar surga bagi siapa saja yang mau berhijrah.

Mari berhijrah, dengan berhijrah in syaa allah kita akan menemukan ketenangan hidup. Jangan menunda-nunda untuk berhijrah, semakin lama kita menundanya akan semakin keras hati kita. Semoga Allah, Maha Pemberi Karunia, memberikan kemudahan jalan bagi orang-orang yang berhijrah. Wallahu’alam.

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” 
(QS Al Baqarah: 218)

Jumat, 07 Februari 2020

MENGOLOK-OLOK DAN BERSENDA GURAU TERHADAP AGAMA ALLAH, APA JADINYA?


Assalamualaikum, wah sudah lama sepertinya aku tidak menulis tulisan tentang kajian agama ya. Sebenarnya ada beberapa materi kajian yang siap untuk kubagikan, tapi ke(sok)sibukanku di dunia nyata lagi-lagi menyita waktu menulisku.

Oke, karena ini hari Jumat, maka akan membagikan materi kajian yang bertema  ‘Mengolok-Olok Dan Bersenda Gurau Terhadap Agama Allah’. materi kajian agama kali ini dipandu oleh Ustaz Subhan yang menukil dari kitab Nawakidhul Islam, yaitu kitab yang menjelaskan hal-hal apa saja yang menjadi pembatal-pembatal keislaman seseorang.

Dijelaskan oleh Ustaz Subhan, bahwa salah satu pembatal keislaman seseorang aalah karena menjadikan agama Allah sebagai bahan olok-olok.  Akhir-akhir ini memang banyak sekali dijumpai orang-orang yang menjadikan agama Allah yang suci ini sebagai bahan guyonan atau permainan. Secara sadar atau tidak, kadangkala kita menemukan olok-olokan tentang agama Islam baik di dunia maya (sosial media) maupun di dunia nyata.

Lalu bagaimana hukumnya jika sesorang tersebut mengolok-olok atau bersenda gurau terhadap agama Allah? jawabannya sudah pasti berdosa, dan lebih parahnya, syahadat yang telah diucapkan seorang hamba tersebut akan batal (menjadi kafir). Astaghfirullah, nauzubillahiminzalik ya teman-teman. 

Dikisahkan di zaman  Rasulullah, ada seorang lelaki yang berada di dalam sebuah majelis bersama para sahabat Rasul, dan Rasul kebetulan tidak berada di sana. Kemudian lelaki tersebut berkata di hadapan para sahabat yaitu, “ Tidaklah aku melihat semilsal mereka yang membaca Al Quran, namun perut mereka buncit , lisan mereka selalu berdusta, dan mereka pengecut ketika berada di medan perang.”

Lalu Abdullah bin Ummar menjawab perkataan orang tersebut dengan, “Omonganmu itu dusta dan kamu adalah seorang munafik. Sungguh ucapanmu akan kusampaikan kepada Rasulullah.”

Dan karena itulah Allah menurunkan firman-Nya dalam Al Quran surat At-Taubah ayat 65-66.

“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja". Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?" (At-Taubah: 65)

“Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.” (At-Taubah: 66)

Bahkan pernah suatu kali Rasulullah mendoakan kejelekan pada orang yang telah menaruh kotoran di punggung beliau tatkala beliau salat. Beliau meminta kepada Allah agar orang tersebut meninggal karena diterkam hewan buas. Dan dikabulkanlah doa beliau oleh Allah azza wa jalla. Jadi berhati-hatilah jika akan menggunakan agama Allah sebagai bahan senda gurau.

Adapun intisari yang dapat kita ambil dari Al Quran surat At-Taubah ayat 65-66 adalah:
1.    Bahwa Allah adalah Al Alim, yaitu Zat yang Maha Mengetahui apapun yang terjadi di atas bumi. Seperti yang tertulis di dalam Al Quran Surat Hud ayat 123.
“Dan kepunyaan Allah-lah apa yang gaib di langit dan di bumi dan kepada-Nyalah dikembalikan urusan-urusan semuanya, maka sembahlah Dia, dan bertawakkallah kepada-Nya. Dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan.” (Hud: 123)
2.    Bahwa hukum Rasulullah adalah hukum Allah. Sebagai umat yang beriman kepada Allah dan RasulNya, sudah sepatutnya kita mentaatinya. Kita tidak boleh memilah atau memilih salah satu dari hukum ketetapan tersebut karena itu adalah satu kesatuan. Jika kita taat kepada Allah secara otomatis kita harus taat kepada Rasulullah, dan jika tidak mentaati salah satunya maka tidak akan sempurna agama kita.
3.    Pentingnya menjaga lisan seseorang. Jika seseorang tidak mampu mengucapkan hal-hal yang baik, alangkah indahnya jika seseorang tersebut diam.

Ada beberapa penyebab seseorang menjadikan agama Allah sebagai bahan olok-olokan. Diantaranya adalah :
1.    Karena hasad atau iri yang timbul dalam dirinya.
2.    Karena bodoh. Yaitu orang yang mengaku Islam, namun dia tidak mengetahui hukum-hukum syariat agama.
3.    Karena kebencian terhadap agama Allah dan dia tampakkan kebenciannya dalam bentuk perilaku.
4.    Karena seseorang itu menyerupai orang kafir. Maka dari itu kita sebagai muslim dilarang untuk meneladani orang-orang kafir.
5.    Karena sebab dunia dan perhiasannya. Maka dari itu, janganlah hanya mengejar dunia saja, ingatlah juga kehidupan akhirat. Karena sejatinya, kehidupan yang sesungguhnya adalah kelak di akhirat.

Jadi, janganlah pernah sesekali mengolok-olok atau menjadikan agama Allah sebagai candaan, karena akan menjadikan orang tersebut kafir. Ingatlah bahwa Allah selalu mengawasi segala perbutan kita di dunia. Akan ada malaikat-malaikat yang mencatat amal perbuatan manusia. Berbuatlah baik semampu kita, jauhi maksiat, dan selalu mengingat Allah dimanapun dan kapanpun. Wallahualam.