Minggu, 31 Mei 2020

KISAH NYATA YANG DIMUAT MEDIA

Semenjak ikut kelas lanjutan ODOP Tembus Media, komunitas One Day One Post, aku seolah ketagihan untuk mengirimkan tulisan ke media baik cetak maupun sosial. Sesuai judul kelas lanjutnnya, setiap pesertanya wajib mengirimkan tulisan-tulisannya ke media-media. Ada yang berbentuk artikel, puisi, cerpen, cernak, cerita rohani, resensi buku, dan bentuk tulisan lainnya.

Dan ternyata ada rasa bangga dan bahagia ketika tulisan-tulisan yang kita kirim dimuat di suatu media. Selain bangga, kita juga bisa menambah pundi-pundi uang loh, karena kita akan mendapatkan honor untuk tulisan yang dimuat. Sambil menyelam, nangkap ikan, hahaha. Tapi jangan ditunggu kapan dimuatnya ya, biar tidak H2C, alias harap-harap cemas. Kata mba Dew-Dew nih cukup tulis, kirim, lalu lupakan. Biarkan waktu yang menjawabnya. Asik.

Nah, ini adalah dua tulisanku yang pernah dimuat di koran Merapi untuk rubrik Terjadi Sungguh-Sungguh. Penasaran? Hyuk, mari dibaca. Ssttt, ceritaku ini adalah sebuah kejadian nyata loh. Hihihi. Semoga bisa menghibur.

1. Cerita pernah dimuat di rubrik Terjadi Sungguh-Sungguh koran Merapi pada tanggal 7 Februari 2020.



Suatu hari ibuku membeli sebuah kipas angin di toko elektronik, sebut saja toko A. Karena akan berbelanja kebutuhan lainnya, maka beliau menitipkan kipas angin tersebut di toko A. Setelah selesai berbelanja, ibuku kembali ke toko A untuk mengambil kipas anginnya. Alangkah terkejutnya beliau ketika mengetahui kipas angin yang telah dibelinya tidak ada di sana. Adu mulutpun tak bisa dihindari. Ibuku bersikukuh  telah menitipkan kipas anginnya, dan si pramuniaga bersikukuh bahwa ibuku tidak pernah membeli dan menitipkan kipas angin di toko ini. Setelah berdebat beberapa lama ibuku baru menyadari bahwa beliau telah salah masuk toko, karena secara kebetulan toko di sebelah toko A sama-sama toko elektronik, Ibukupun lalu melangkah ke toko A dengan badan lemas dan gemetaran.


2. Cerita pernah dimuat di rubrik Terjadi Sungguh-Sungguh koran Merapi pada tanggal 12 Mei 2020.


(Versi asli tuliasanku.)
Ketika jembatan Suramadu baru saja selesai dibangun dan resmi dibuka untuk umum, aku dan temanku ikut penasaran untuk bisa menyeberanginya. Kemudian secara dadakan, kami sepakat untuk mencoba jembatan Suramadu. Dadakan karena kami pergi ke sana setelah makan malam. Sekitar pukul 8 malam kami memasuki jembatannya, dan ketika telah berada di tengah-tengah jembatan, tiba-tiba sepeda motor temanku bannya kempes. Kamipun kebingungan, karena tidak ada tukang tambal ban di tengah jembatan. Jalan satu-satunya, kami harus menuntun motor sambil berjalan berbalik arah melawan arus kendaraan. Dengan menahan malu, kami melakukan aksi tersebut, sambil bilang “maaf, bannya bocor” di sepanjang jalur sepeda motor kepada para pengendara yang melintas. Untung malam hari, jadi wajah malu kami tak terlihat dengan jelas oleh para pelintas. Sungguh pengalaman yang tak terlupakan. 


3 komentar:

  1. Hasyiiikk. Punyaku yg 1 ilangggg. Hikss. Mau minta tolong lagii sungkan. Wakakakaka. Colekin mba. Btw congrats yaah cintaku

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jyaahahaha..ilang juga, kadang ga sengaja kehapus sih yaa..mamacih cintakuh 😘😘, selamat juga yaa..ayoo menciptakan karya2 besar selanjutnya

      Hapus