Judul novelnya memang
terlihat cukup panjang, “Anak Gembala Yang Tertidur Panjang Di Akhir Zaman”. Novel
yang menjadi pemenang kedua Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta di tahun
2018 ini serta merta menarik perhatianku tatkala sedang sibuk mencari novel
yang cocok untuk dibaca dan diulas untuk RCO batch 6 komunitas ODOP. Apa yang
membuat novel ini menjadi pemenang kedua sayembara tersebut? Tema apa yang
diusung oleh sang penulis? Magnet apa yang membuatku ingin membelinya?
Pertanyaan-pertanyaan itu otomatis muncul di benakku.
Di bagian blurb,
dituliskan bahwa novel “Anak Gembala Yang Tertidur Panjang Di Akhir Zaman”
menuturkan kisah Rara Wilis dan Suko Djatmoko. Rupanya novel ini diangkat dari
sebuah kisah nyata. Menariknya lagi, novel ini mengangkat tema seks, agama,
keimanan, pelacuran, dan epos Mahabarata. Hmmm, apa yang membuat semua tema itu
berkelindan dalam satu buku novel ini?
Novel ini dibuka
dengan munculnya sesosok tokoh bernama Mbok Wilis. Dia digambarkan sebagai
seorang yang feminin, berbadan tambun, berambut panjang, dan gemar bersolek.
Kegemarannya berdandan dilukiskan melalui meja rias Mbok Wilis yang ramai
sekali, ‘Berbagai jenis kosmetik
berjejalan di atas permukaan meja yang tidak terlampau lebar itu’ (halaman
15).
Mbok Wilis atau
Rara Wilis, ternyata adalah seorang waria yang berprofesi sebagai pelacur yang
mangkal di area sekitaran kota Semarang. Pamor Mbok Wilis sebagai waria dan
mucikari paling top sudah terkenal di dunia malam pelacuran, dia adalah Ratu
Simpang Lima. Mbok Wilis memiliki sifat yang tegas serta cerewet layaknya
wanita tulen. Namun dia juga sosok yang welas asih, dan sensitif. Tak jarang
dia mengeluarkan air mata ketika dia ditinggal pergi atau disakiti oleh lelaki
yang disayanginya. Lucunya, Mbok Wilis akan mengingat Tuhan dalam keterpurukan kondisinya.
Hingga pada
suatu masa, Mbok Wilis ingin melakukan pertobatan, dia ingin melepaskan
predikat pelacur dan ratu waria yang disandangnya. Dia juga ingin melepaskan
diri dari jerat iblis yang menyaru menjadi manusia bernama Haris. Dia ingin
menjadi manusia yang kembali menjalani kodratnya sebagai seorang pria.
Tampaknya jalan menuju pertobatan penuh liku dan cobaan.
Di sisi lain,
muncul pula tokoh bernama Suko Djatmoko Purwo Carito. Dikenal pula sebagai Pak Wo. Seseorang yang sangat menyukai cerita pewayangan yang kesehariannya menjalani profesi sebagai pedagang jamu keliling. Dia menjajakan jamunya sambil bertablig, mensyiarkan agama Islam. Ya, dia mantan
orang berlumur dosa. Namun kini dia telah menemukan jalan hidupnya kembali.
Seorang yang sabar dalam menghadapi segala dera dan cobaan hidup. Pak Wo
menerima segala cibiran orang-orang di sekitarnya, bahkan keluarga terdekatnya
dengan lapang dada dan penuh keikhlasan.
Pak Wo telah
bertobat untuk menjadi seorang muslim yang taat. Namun rupanya, menjadi seorang
muslim yang taat saja belum cukup baik di mata orang-orang. Tudingan sebagai
penganut ajaran Islam yang salah dan sesat selalu diujarkan kepada Pak Wo.
Novel ini cukup
membuatku bergidik jijik tatkala membaca beberapa bagian yang menggambarkan
tokoh Rara Wilis sedang melacur. Penulis menceritakan aktivitas seksual
menyimpang Rara Wilis bersama pelanggannya dengan cukup detil. Tetapi ada juga
bagian yang membuatku ikut gemas dengan perlakuan Haris, si tokoh antagonis,
kepada Rara Wilis.
A. Mustafa
sebagai sang penulis novel, ikut mengaitkan epos Mahabarata dengan kedatangan
Imam Mahdi dan Al Masih ke dunia. Menurut novel ini ada kemiripan antara Kresna,
Sang Avatara dewa dengan Imam Mahdi dan Al Masih. Hal yang mungkin akan memicu kontroversi bagi pembaca novel ini.
Belum lepas
keterkejutanku dengan hubungan antara cerita wayang Mahabarata denagn kehadiran Al Mahdi dan Al Masih, aku juga dibuat
bergidik kembali dengan hikayat babi yang merupakan sebuah kiasan tentang kehidupan manusia yang 'kotor' dan berkubang dosa. Menurut hematku, sebaiknya novel ini dinikmati oleh pembaca yang telah matang jasmani, rohani, dan religinya. (Itulah mengapa novel ini diperuntukkan bagi pembaca berusia 19+)
Adakah niatan
tobat Rara Wilis bisa terwujud? Apakah ajaran Islam yang dianut teguh oleh Pak
Wo yang membuatnya dicap sebagai muslim yang sesat? Apakah hubungan antara Rara
Wilis dan Pak Wo? Temukan semua jawabannya di dalam novel yang beralur
maju-mundur ini. Selamat membaca.
Sedikit spoiler percakapan antara Rara Wilis dan Haris yang membuatku ikut geram dengan kelakuan Haris (hihihi).
Rating buku : 4/5
Identitas Buku
Judul : Anak Gembala Yang Tertidur Panjang
Di Akhir Zaman
Penulis : A. Mustafa
Penerbit : Shira Media
Tahun terbit : 2019
Genre : Fiksi dan Literatur
ISBN :978-602-5868-80-1
Tebal : 354 halaman
#RCO6_tingkat2
#komunitas_odop
#odop_batch7
#mengulas_tokoh_utama_novel
Jadi membayangkan mbok Wilis yang tambun, berambut panjang, dan suka bersolek 🙊
BalasHapusWakwakwak...geli ngilu ya apa gitu ya mba Mei 😵😵
HapusPerawakan unik.
BalasHapusPria melambai 😢
BalasHapusPenasaran kisah keseluruhan deh hehee
BalasHapusCus, dibaca mba 😀
HapusAku adalah anak gembala selalu riang serta gembira !
BalasHapusMba, mba, maaf salah mba, ini buku, bukan lagu
Hapuspanjang banget judulnyaaaa
BalasHapushu um, macam ular naga panjangnya, bukan kepalang
HapusJadi penasaran pengen baca
BalasHapusSilahkeun baca mba ceskha 😊😀
Hapus