Selasa, 03 Desember 2019

ANAK GEMBALA YANG TERTIDUR PANJANG DI AKHIR ZAMAN (RCO 6 TINGKAT 2)



Judul novelnya memang terlihat cukup panjang, “Anak Gembala Yang Tertidur Panjang Di Akhir Zaman”. Novel yang menjadi pemenang kedua Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta di tahun 2018 ini serta merta menarik perhatianku tatkala sedang sibuk mencari novel yang cocok untuk dibaca dan diulas untuk RCO batch 6 komunitas ODOP. Apa yang membuat novel ini menjadi pemenang kedua sayembara tersebut? Tema apa yang diusung oleh sang penulis? Magnet apa yang membuatku ingin membelinya? Pertanyaan-pertanyaan itu otomatis muncul di benakku.

Di bagian blurb, dituliskan bahwa novel “Anak Gembala Yang Tertidur Panjang Di Akhir Zaman” menuturkan kisah Rara Wilis dan Suko Djatmoko. Rupanya novel ini diangkat dari sebuah kisah nyata. Menariknya lagi, novel ini mengangkat tema seks, agama, keimanan, pelacuran, dan epos Mahabarata. Hmmm, apa yang membuat semua tema itu berkelindan dalam satu buku novel ini?

Novel ini dibuka dengan munculnya sesosok tokoh bernama Mbok Wilis. Dia digambarkan sebagai seorang yang feminin, berbadan tambun, berambut panjang, dan gemar bersolek. Kegemarannya berdandan dilukiskan melalui meja rias Mbok Wilis yang ramai sekali, ‘Berbagai jenis kosmetik berjejalan di atas permukaan meja yang tidak terlampau lebar itu’ (halaman 15).

Mbok Wilis atau Rara Wilis, ternyata adalah seorang waria yang berprofesi sebagai pelacur yang mangkal di area sekitaran kota Semarang. Pamor Mbok Wilis sebagai waria dan mucikari paling top sudah terkenal di dunia malam pelacuran, dia adalah Ratu Simpang Lima. Mbok Wilis memiliki sifat yang tegas serta cerewet layaknya wanita tulen. Namun dia juga sosok yang welas asih, dan sensitif. Tak jarang dia mengeluarkan air mata ketika dia ditinggal pergi atau disakiti oleh lelaki yang disayanginya. Lucunya, Mbok Wilis akan mengingat Tuhan dalam keterpurukan kondisinya.

Hingga pada suatu masa, Mbok Wilis ingin melakukan pertobatan, dia ingin melepaskan predikat pelacur dan ratu waria yang disandangnya. Dia juga ingin melepaskan diri dari jerat iblis yang menyaru menjadi manusia bernama Haris. Dia ingin menjadi manusia yang kembali menjalani kodratnya sebagai seorang pria. Tampaknya jalan menuju pertobatan penuh liku dan cobaan.

Di sisi lain, muncul pula tokoh bernama Suko Djatmoko Purwo Carito. Dikenal pula sebagai Pak Wo. Seseorang yang sangat menyukai cerita pewayangan yang kesehariannya menjalani profesi sebagai pedagang jamu keliling. Dia menjajakan jamunya sambil bertablig, mensyiarkan agama Islam. Ya, dia mantan orang berlumur dosa. Namun kini dia telah menemukan jalan hidupnya kembali. Seorang yang sabar dalam menghadapi segala dera dan cobaan hidup. Pak Wo menerima segala cibiran orang-orang di sekitarnya, bahkan keluarga terdekatnya dengan lapang dada dan penuh keikhlasan.

Pak Wo telah bertobat untuk menjadi seorang muslim yang taat. Namun rupanya, menjadi seorang muslim yang taat saja belum cukup baik di mata orang-orang. Tudingan sebagai penganut ajaran Islam yang salah dan sesat selalu diujarkan kepada Pak Wo.

Novel ini cukup membuatku bergidik jijik tatkala membaca beberapa bagian yang menggambarkan tokoh Rara Wilis sedang melacur. Penulis menceritakan aktivitas seksual menyimpang Rara Wilis bersama pelanggannya dengan cukup detil. Tetapi ada juga bagian yang membuatku ikut gemas dengan perlakuan Haris, si tokoh antagonis, kepada Rara Wilis.

A. Mustafa sebagai sang penulis novel, ikut mengaitkan epos Mahabarata dengan kedatangan Imam Mahdi dan Al Masih ke dunia. Menurut novel ini ada kemiripan antara Kresna, Sang Avatara dewa dengan Imam Mahdi dan Al Masih. Hal yang mungkin akan memicu kontroversi bagi pembaca novel ini.

Belum lepas keterkejutanku dengan hubungan antara cerita wayang Mahabarata denagn kehadiran Al Mahdi dan Al Masih, aku juga dibuat bergidik kembali dengan hikayat babi yang merupakan sebuah kiasan tentang kehidupan manusia yang 'kotor' dan berkubang dosa. Menurut hematku, sebaiknya novel ini dinikmati oleh pembaca yang telah matang jasmani, rohani, dan religinya. (Itulah mengapa novel ini diperuntukkan bagi pembaca berusia 19+)

Adakah niatan tobat Rara Wilis bisa terwujud? Apakah ajaran Islam yang dianut teguh oleh Pak Wo yang membuatnya dicap sebagai muslim yang sesat? Apakah hubungan antara Rara Wilis dan Pak Wo? Temukan semua jawabannya di dalam novel yang beralur maju-mundur ini. Selamat membaca.

Sedikit spoiler percakapan antara Rara Wilis dan Haris yang membuatku ikut geram dengan kelakuan Haris (hihihi).


Rating buku : 4/5

Identitas Buku

Judul         : Anak Gembala Yang Tertidur Panjang Di Akhir Zaman
Penulis          : A. Mustafa
Penerbit        : Shira Media
Tahun terbit : 2019
Genre             : Fiksi dan Literatur
ISBN               :978-602-5868-80-1
Tebal              : 354 halaman

#RCO6_tingkat2
#komunitas_odop
#odop_batch7
#mengulas_tokoh_utama_novel

12 komentar:

  1. Jadi membayangkan mbok Wilis yang tambun, berambut panjang, dan suka bersolek πŸ™Š

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wakwakwak...geli ngilu ya apa gitu ya mba Mei 😡😡

      Hapus
  2. Penasaran kisah keseluruhan deh hehee

    BalasHapus
  3. Aku adalah anak gembala selalu riang serta gembira !

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mba, mba, maaf salah mba, ini buku, bukan lagu

      Hapus
  4. Balasan
    1. hu um, macam ular naga panjangnya, bukan kepalang

      Hapus
  5. Balasan
    1. Silahkeun baca mba ceskha πŸ˜ŠπŸ˜€

      Hapus