Senin, 23 Desember 2019

RADEN PATAH SANG SULTAN DEMAK (BAGIAN 1)


Mendung menggelayut di wajah Baginda Raja Brawijaya V, Bhre Kertabhumi sang penguasa bumi Majapahit. Dirinya sedang dilanda kegalauan yang amat sangat. Permaisuri tercintanya, Ratu Dwarawati, mengajukan permintaan yang terasa sulit untuk dia luluskan. Bagaimana tidak, sang ratu Majapahit memohon kepadanya untuk mengirim selirnya, Putri Siu Ban Ci, yang tengah mengandung jabang bayinya kembali ke tanah kelahirannya, negeri Campa.

Raja Majapahait menatap penuh cinta kepada sang selir yang sedang tertidur pulas di sampingnya malam itu. Pikirannya melalanglang buana entah kemana. Di satu sisi dia sangat mencintai Putri Siu Ban Ci, namun di sisi lain dia juga sangat menyayangi permaisuri yang telah setia mendampingi hidupnya, meskipun tanpa kehadiran seorang anak dari rahimnya. Dan kini kehadiran buah hati diidam-idamkan sang raja akan terlahir ke dunia, tetapi kehadirannya malah memunculkan kecemburuan sang ratu.

“Yang Mulia Baginda Raja, maafkan kalancangan hamba jika harus membuat Baginda memilih,” kata sang Ratu Majapahit kala itu di hadapan Bhre Kertabhumi yang sedang berada di singgasananya.
“Apakah tidak ada pilihan lainnya Adindaku tercinta? Permintaan itu terlalu sulit untuk kuiyakan. Usia kandungan Putri Siu Ban Ci telah memasuki usia 6 bulan. Alangkah baiknya jika sang putri melahirkan putranya terlebih dahulu, bukankah demikian Adinda?” jawab sang raja mencoba menawar keinginan sang ratu.

Namun keinginan ratu telah bulat, tanpa tedeng aling-aling dia ingin si selir itu pergi dari tanah Majapahit. Rasa cemburunya terlalu besar untuk dibendung. Dia bahkan tak memedulikan nasib sang jabang bayi di kandungan ibunya.

“Maaf, Baginda Raja hanya memiliki dua pilihan saja. Memilih hamba yang kembali ke rumah orang tua hamba atau Baginda Raja mengembalikan Putri Siu Ban Ci ke negeri Campa,” jawab Ratu Dwarawati lembut namun penuh ketegasan.

Berhari-hari, di atas singgasananya sang raja berpikir keras. Pun hingga malam ini. Meskipun sang raja telah membuat keputusan, tetapi hatinya tak tega untuk mengutarakan niatnya kepada putri cantik jelita itu. Sambil menghela napas berat, dia elus rambut hitam legam sang putri kerajaan Campa itu, mungkin untuk terakhir kalinya.

Keputusan sang Raja sudah bulat, sebesar apapun rasa cintanya kepada Siu Ban Ci, dia harus rela melepaskannya, dan memilih Ratu Dwarawati. Tanpa sepengetahuan sang selir, Raja Brawijaya V telah memanggil Arya Damar, putranya yang berada di negeri Palembang, untuk datang ke Majapahit dan menitipkan putri kerajaan Campa itu kepadanya.

Semoga Tuhan Yang Maha Agung melindungimu dan anak kita, kekasih hatiku,” bisiknya kepada sang selir.

“Semoga kelak kemudian hari, semesta berbaik hati mau mempertemukanku dengan anak kita. Entah dalam kondisi seperti apa. Dan semoga Tuhan Maha Pengampun mau memaafkan keputusanku ini,” lanjutnya sembari tetap berbisik. Kali ini dibarengi dengan kecupan hangat  yang mendarat manis di pipi putih bersih Putri Siu Ban Ci.

Sang putri masih terlelap dalam tidurnya yang sedang bermimpi indah  tentang raja yang bersenda gurau bersama si bayi dalam gendongannya, tanpa mengetahui bahwa keberadaannya di tanah Majapahit akan segera berakhir dalam beberapa hari kedepan.

#RCO_level4
#odop_batch7
#OneDayOnePost

Tidak ada komentar:

Posting Komentar