Rabu, 20 November 2019

FAMILY ROAD TRIP KE JAKARTA


Jakarta

Akhirnya aku bisa kembali untuk menuturkan kisah perjalanan keluargaku ke pernikahan saudara kami di Jakarta. Aku kira tidak akan bisa menuliskan pengalaman ruwet yang menyenangkan ini, karena sudah lulus ODOP. Padahal seharusnya lulus ODOP kan tetap rajin menulis ya. Rasa malas rupanya mampu mengalahkan keinginan untuk melanjutkan cerita yang sebenarnya sudah ada di pikiranku. (Intinya dipikir aja tidak segera dilaksanakan. Heu)

Baik, kembali ke cerita family road trip keluargaku ke Jakarta. Sesampainya di rumah kakak di daerah Bekasi, kami langsung terlelap dan melepas segala lelah yang hinggap di tubuh kami. Syukurlah anak-anak tertidur dengan nyenyak tanpa ada adegan drama terjaga dan menangis di pagi buta, karena badan emak rasanya tak kuat jika harus menghadapinya, Nak, wakwakwak.

Kami terbangun dengan badan yang jauh lebih mendingan. Kami  menghabiskan waktu di rumah kakak saja seharian itu, karena agenda untuk berjumpa dengan kelarga Om yang akan melaksanakan hajatan pernikahan masih esok hari. Anak-anak menghabiskan waktu dengan bermain dan bersenda gurau dengan dua sepupu jauhnya ini. Mereka tampak sangat akrab, meskipun intensitas perjumpaan mereka bisa dihitung jari.

Keesokan harinya tepatnya hari Jumat, berdua, aku dan suami telah bersiap menuju ke rumah Om yang berada di kawasan Cinere, Depok. Kami hanya berbekal smart phone, google maps, dan rasa PD tingkat nasional (wakwakwak). Ini adalah kali pertama kami menuju rumah Om dan kami buta arah. Kami benar-benar bergantung pada Allah dan google maps.

Apakah perjalanan kami mengalami kendala? Tentu saja, kami kesasar dong. Padahal kami sudah menempuh jalan tol untuk menuju ke sana, namun masih saja kesasar. Hanya karena salah membelok, kacaulah perjalanan kami. Hufftt.  Hahaha.

Kami kemudian memutuskan untuk keluar tol dan menempuh jalur non-tol, agar lebih mudah untuk bertanya ketika kami tersesat. Perjalanan kami terjeda sejenak, karena suami harus melaksanakan ibadah shalat jumat. Setelahnya, perjalanan kami lanjutkan. Setelah cukup lama berjibaku di jalan raya, kamipun menemukan titik terang untuk menuju tempat bersua. Waktu sudah menunjukkan pukul 14.00 ketika kami akhirnya bisa berjumpa.

Hal pertama yang dilakukan adalah saling bertukar kabar kami masing-masing, karena memang sudah cukup lama kami tidak berjumpa dengan keluarga besar om.  Kebetulan kami bertemu di sebuah resto di dekat rumah Om. Makanan sudah tersedia di meja makan ketika aku dan suami datang. Acara makan siang bersama kamipun diselingi dengan canda tawa dan obrolan ringan seputar kehidupan kami. 

Acara ngobrol kemudian berpindah ke rumah Om. Singkat cerita Om juga mengundang kami untuk menghadiri prosesi siraman yang akan diadakan esok hari. Dengan senang hati kuiyakan undangan tersebut dan kamipun berpamitan.

Esok paginya, kami sudah berada di jalanan ibukota kembali. Kali ini dengan tingkat kepedean yang lebih tinggi, karena sedikit banyak kami mulai hafal dengan trayek menuju rumah om.
Acara sudah akan dimulai ketika kami datang. Halaman rumah om rupanya sudah disulap menjadi bernuansa Jawa. Ada dekorasi janur di gerbang pintu masuk ke rumah om yang siap menyambut para tamu. Di halaman rumahnya, juga  terlihat gubukan mungil yang telah dihiasi bunga-bubga cantik di atasnya, lengkap dengan gentong berisi air dari tujuh mata air yang nantinya akan diguyurkan kepada si calon manten.  

Pukul 09.00 tepat acarapun dimulai. Rangkaian prosesi siraman adat Jawa diawali dengan pemasangan bleketepe oleh om di antara hiasan janur yang diletakkan di gerbang rumah tadi. Dilanjutkan dengan acara sungkeman, dimana sepupuku, si calon manten, meminta maaf dan memohon doa kepada seluruh anggota keluarga agar diberikan kelancaran hingga hari pernikahan tiba.


Pemasangan bleketepe oleh ayah calon manten

Acara sungkeman yang dilakukan oleh calon manten kepada ayahanda tercinta
Suasana mengharu biru sangat terasa sekali, di saat sepupuku mengucapkan beberapa patah kata sebagai ucapan rasa syukur dan terimakasih kepada sang ayah dan kakak-kakaknya, karena dia akan melanjutkan jenjang kehidupan yang baru bersama calon suaminya kelak. Aku ikut terharu, hiks.

Selanjutnya adalah acara puncaknya, dimana si calon manten yang terlihat ayu sekali, menuju gubukan mungil untuk melakukan prosesi siraman. Seluruh anggota keluarga satu persatu mengguyurkan air ke calon manten, dimulai dari sang ayah dan dilanjutkan oleh kakak-kakaknya, dan keluarga yang lain.
Siap untuk melakukan prosesi siraman

Setelah prosesi siraman selesai, acara berikutnya adalah prosesi jualan dawet yang dilakukan oleh sang ayah. Para tamu diberi kepingan sebagai pengganti uang yang terbuat dari tanah liat yang kemudian ditukarkan untuk mendapatkan segelas dawet. Makna dibalik prosesi ini adalah sang ayah mendoakan agar kelak sang anak dan suaminya selalu diberi kelancaran rezeki oleh Sang Maha Pemberi Karunia. (kalau tidak salah sih ya). Dan selesai sudah serangkaian acara prosesi siraman hari itu.

Hari yang dinantipun tiba, yaitu acara resepsi pernikahan. Hari yang paling berbahagia bagi pasangan pengantin baru. Resepsi acara dilaksanakan di salah satu gedung di kawasan HR Rasuna Said. Meskipun ada sedikit drama kesasar, tapi hal itu tidak menyurutkan langkah kami menuju tempat resepsi.

Pasangan pengantin terlihat sumringah dengan senyum yang selalu terkembang di bibir keduanya. Kami turut melangitkan doa yang terbaik untuk kebahagiaan dan kelanggengan pernikahan mereka. Semoga sakinah, mawaddah, dan rahmah dari Sang Maha Pengasih dan Penyayang selalu melimpahi pasangan baru ini. Amin.

Alhamdulillah, kami diberi kemudahan untuk mengikuti seluruh acara pernikahan saudaraku. Tibalah kami untuk mengepak barang-barang kami dan mengucapkan selamat tinggal kepada ibu kota Jakarta. Waktunya kami kembali lagi ke kehidupan normal kami di Mojokerto. Eits, tapi tunggu dulu, karena kami akan berbelok sejenak di kota yang istimewa, yaitu Jogjakarta. Apakah seseru perjalanan kami sebelumnya. Nantikan ceritanya ya.


8 komentar:

  1. Udah kayak nonton di yucub yucub traveling.wkwkwk cepetan mana yg Jogja? Aku menantikan kisah persinggahanmu di kota sejuta kenangan. Eaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Syabar dong kakak, apa aq beralih saja sebagai yucuber? Dah cucok kan?

      Hapus
  2. waaah seru yaah memang kalo jalan-jalan sama keluarga :)

    BalasHapus