Pagi itu kudengar ibu-ibu perumahan
saling berdialog ketika sedang berbelanja di tukang sayur langganan mereka. Tak
sengaja kucuri dengar obrolan seru yang sedang berlangsung.
“Iya Bu, belanjaan saya kemarin juga
hilang satu. Pas saya buka di rumah, udah ga ada ikannya.” Kata ibu berdaster
biru bunga-bunga.
“Sama, Jeng. Punya saya satu kresek
hilang semua. Padahal saya taruh sebentar di badugan depan rumah. Pas balik mau
ambil, eh, sudah ga ada, kreseknya sudah terkoyak,isinya ilang. Ngeselin kan.” Kali ini kata ibu berjilbab ungu
panjang.
“Duh, kok jadi ga aman gini ya
perumahan kita. Jangan suka kelupaan bawa belanjaannya kalau begitu Bu. Begitu selesai, langsung bawa masuk aja. Kalau ilang berkali-kali ya bisa rugi bandar kita.” Sahut ibu berjilbab merah muda.
Hmm, rupanya ada yang suka mencuri belanjaan
ibu-ibu muda ini. Tapi siapa gerangan yang tega mengambil belanjaan mereka?
Yang pasti bukan aku. Aku serba kekurangan, tapi aku tak mau melakukan tindakan
terlarang itu.Mencuri adalah tindakan yang melanggar agama, Allah tidak suka itu. Aku mengetahuinya karena pak ustaz, yang biasa mengisi pengajian di masjid perumahan, melarangnya. Berdosa, begitu kata pak ustaz
Kulihat mereka masih melanjutkan obrolannya. Kali ini sambil
melirik ke arahku.
“Iya, jangan-jangan dia ya. Dia
kadang ada di depan rumahku juga sih.” Ujar si ibu berdaster biru bunga-bunga.
Arrgghh. Hanya karena aku dekil,
bukan berarti aku pencuri. Tak kugubris prasangka mereka. Lebih baik aku
meninggalkan obrolan tanpa fakta itu.
Aku berjalan cukup jauh meninggalkan ibu-ibu muda itu. Kutemukan tempat yang sepertinya nyaman untuk melamun, yaitu di bawah pohon
yang cukup rindang. Kududuk di sana.
Matahari sudah sepenggalah tatkala kulihat lelaki itu
melintas di depanku. Salah satu diantara tiga lelaki yang selalu ada di
sekeliling ibuku. Dia berjalan tanpa menghiraukan keberadaanku yang jelas-jelas
dia lewati. Gayanya cuek dan terkesan angkuh, seolah-olah dia yang terkuat.
Kuhiraukan saja dia. Namun ada yang aneh dari gerak geriknya. Dari kejauhan kulihat diam-diam dia memasuki rumah ibu yang berdaster biru bunga-bunga. Sejurus kemudian, kulihat dia keluar sambil berlari dan membawa sesuatu.
Ternyata dia pelaku yang dicari selama ini. Dia yang berbuat, aku yang kena pulutnya. Sial sekali.
Sipuuussssss
BalasHapusSstttt..jangan keras2 mba saki, blm ending nihhh
HapusNice story๐
BalasHapus*salam dari Valletta yaps ๐
Terimakasih kakak, salam kenal juga yaa ๐น๐น
HapusWah, makin seru nih ceritanya.
BalasHapusHayuukkkk lanjuuuttt bu kiyaaa
Hapus