Sabtu, 14 September 2019

CURAHAN HATI SEORANG IBU


Tak pernah terbayangkan olehku bahwa membesarkan anak adalah perkara yang sulit. Kala itu aku hanya berfikir, setelah menikah, mendapatkan seorang anak hanyalah tentang mengandung, melahirkan, membesarkan, dan mendidik agar anak-anakku kelak menjadi anak yang pintar dan sukses secara finansial. 

Namaku Tyas, ibu dua orang putri yang cantik-cantik. Putri sulungku sudah mulai beranjak remaja, namanya Syila, dia kini berusia 17 tahun dan telah duduk di bangku SMA. Putri keduaku bernama Bella, usiany 7 tahun, baru saja masuk kelas satu SD di tahun ajaran baru yang lalu. Ya, jarak usia mereka cukup jauh, 10 tahun. Aku dahulu memang memutuskan untuk menikah di usia muda. Kala itu yang aku pikirkan adalah agar jarak antara aku dan anakku tidak begitu jauh, aku ingin mempunyai anak yang bisa menganggapku selain sebagai ibu juga sebagai teman curhatnya.

Namun seperti yang sudah aku ungkapkan tadi, bahwa membesarkan anak adalah perkara yang gampang. Ternyata tidak hanya dibutuhkan kepintaran otak, tetapi juga dibutuhkan ilmu agama yang mumpuni untuk membesarkan anak-anak, baik anak perempuan atau laki-laki dalam hal ini. Menjaga dan mendidik anak perempuan seperti menjaga mutiara, karena saking beratnya. Menjaga agar mereka dijauhkan dari pergaulan bebas di dunia yang semakin “gila” ini. Memberikan mereka makanan yang halal dan baik dari rezeki yang halal dan baik pula. Memberikan mereka pakaian yang tertutup dengan memkaikan mereka hijab agar terhindar dari zina mata para lelaki dan fitnah-fitnah lainnya. Itulah yang dahulu aku belum menguasainya. 

Ketika anak sulungku beranjak dewasa, dan di saat itu pula aku merasakan beratnya menyuruh Syila membenarkan sholat lima waktunya agar tidak bolong-bolong. Tak bosan aku mengingatkan setiap tiba waktu adzan agar segera mengambil wudhu dan mengerjakan sholat. Karena sebagai seorang muslim wajib tahu bahwa sholat adalah tiang agama, dan hal yang pertama kali diminta pertanggung jawabannya kelak di alam kubur.
“Syila sayang, ayo magrib dahulu. Letakkan dulu Hpnya, ambil wudhu dan jamaah sama ayah, ibu, dan adek” ajakku suatu kali
“Iya ibu. Sebentar. Ayah, ibu, dan adik duluan aja, Syila shalat sendiri aja” jawabnya
“Tapi shalat berjamaah lebih utama anakku, kita bisa mendapatkan pahala yang besar nanti. Allah akan makin sayang juga sama Syila” terangku dengan penuh rasa sabar
“Ibu, iya, Syila pasti shalat. Ihhh, ibu jangan cerewet dong” jawabnya lagi dengan nada agak kesal
“Ibu cerewet seperti ini, demi keselamatanmu nak. Selamat dari siksa api neraka Allah. Siksa Allah sangat pedih nak. Andai saja kamu tahu itu.” Terangku masih dengan kesabaran dan kelembutan.
“Iya ibu, Syila shalat.”
“Nah, gitu dong. Ini baru anak ibu.” Jawabku sambil memeluk anak sulungku.

Tak jarang basah pipi ini di setiap sujud di sepertiga malamku. Meminta kepada Sang Rahman Rahim agar selalu menjaga putri-putri cantikku dari godaan dunia yang semakin kejam, memohon agar mereka tumbuh menjadi wanita yang sholehah, dan baik ilmu agamanya. Betapa takutnya diriku ketika diminta pertanggungjawaban atas anak-anakku kelak di akhirat, jika aku tidak mendidik mereka dengan baik. Memang bukan sepenuhnya salah Syila jika shalatnya masi banyak alpanya, karena aku kurang tegas menyuruhnya saat dia mencapai usia baligh kala itu. Ilmu agamaku masih nol waktu itu.

Hingga pada suatu hari, tidak ada angin tidak ada hujan, Syila mengajakku shalat ke masjid.
“Ibu, ayo kita sama-sama sholat ke masjid. Sama adek juga” ajaknya.
“Maa syaa Allah nak. Kenapa tiba-tiba ajak ibu dan adek shalat di masjid?” tanyaku ingin tahu.
“Hmm, tidak apa-apa ibu. Aku ingin jadi anak yang sholehah. Yang kelak bisa menyelamatkan ibu dan ayah dari siksa api neraka” jawabnya.
“Ibu bangga padamu nak” kedekap erat dia seketika.
Pecah tangisku seketika, tak kusangka jawaban itu yang kudengar.

Tak jarang juga kudengar pertengkaran-pertengkaran kecil terjadi antara kakak beradik ini. Tidak ingin kesalahan yang sama terjadi pada anak keduaku, aku mulai melatih Bella agar istiqomah dalam melaksanakan rukun Islam. Ya, setelah aku berhijrah dan belajar ilmu agama, makin kuat tekadku agar bisa menjadikan kedua anakku menjadi anak yang sholehah. Seperti di suatu siang, aku mendengar mereka bertengkar karena suatu hal.
“Ibuuuu” panggil Bella sambil berlari ke arahku.
“Iya sayang, ada apa?” tanyaku.
“Kakak bu, masa kakak minum sambil berdiri. Itu kan salah ibu. Waktu aku ngingetin kakak. Kakak malah membentakku” adunya sambil agak terisak.
Kulangkahkan kaki mendekati Syila yang masih membawa botol plastik ramah lingkungan di tangan kirinya.
“Syila, Bella ayo sini duduk dekat ibu. Ibu mau memberi tahu kalian sesuatu” ajakku kepada mereka.
“Kakak. Kakak sudah tau belum adab minum ala Rasulullah?” tanyaku kepada Syila
“Adab, apa itu adab ibu?” tanyanya menyelidik.
“Adab itu aturan atau sopan santun. Dalam Islam, ada adab yang dianjurkan di saat kita akan minum. Kakak mau tau?” jelasku.
“Iya, Bella aja tau. Masa kakak ga tau sih. Kan ada di pelajaran agama Bella. Kakak dulu ga dengerin yaaa?” Bella masi dengan wajah gondok bertanya kepada kakaknya.
“Ihhh apa sih, anak kecil. Baru juga tau, tapi sudah sok tau” sergah kakaknya.
“Sudah, sudah. Biar ibu yang menjelaskan. Sebagai muslimah yang baik, kita harus tau adab makan dan minum. Kalau adek tau, coba ibu ingin dengar apa saja adab makan dan minum?” tanyaku menguji Bella
“Adab makan dan minum itu, satu, duduk terlebih dahulu, dua, memegang makanan atau minuman dengan tangan kanan, tiga, membaca bismillahirrahmanirrahim, empat, tidak tergesa-gesa, lima, makan atau minum secukupnya dan tidak berlebihan. Begitu kata ustadzah di sekolah” jawabnya penuh semangat.
“Maa syaa Allah. Anak ibu hebat” kataku memuji Bella
“Nah, kakak sekarang sudah tau kan adab makan dan minum bagi muslimah yang baik? Jadi mulai sekarang diamalkan yah ilmu yang bermanfaat ini” jelasku pada Syila
“Iya ibu. Iya ustadzah cerewet” jawab Syila
“Dan untuk adek, kalau mau menasehati kakak, dengan cara yang baik ya nak. Katakan dengan kata-kata yang lembut dan santun, biar kakak ga gondok terus marahin adek. Ya nak ya” terangku pada Bella sambil mengusap rambutnya.
“Iya ibu. Maafin Bella ya kak” lanjut Bella sambil menyodorkan tangannya pada Syilla
“Maafin kakak juga ya adek kecil” balas Syila sambil menyambut tangan Bella.
Kamipun tertawa-tawa bahagia setelah itu.

Berkaca pada kakaknya, aku memilihkan sekolah agama untuk Bella agar pondasi agamanya baik. Namun, bukan berarti mendidik Bella adalah perkara yang mudah. Banyak juga tantangan yang harus aku hadapi. Salah satunya adalah wali murid wajib menyetorkan murajaah ayat-ayat Al Quran via voice note di aplikasi gawai. Namanya anak kecil, ada waktu-waktu Bella tidak mood untuk melakukan murajaah bersamaku. Kalau sudah begini, macet juga acara murajaahnya. Namanya seorang ibu, harus banyak akal. Jangan mau kalah sama anak yang lagi tidak mood. Kalau moodnya sedang tidak bagus, aku biarkan dahulu. Setelah mendapatkan izin dari ustadzah kalau setoran murajaahnya telat, aku ajak Bella berjalan-jalan keliling komplek perumahan sambil aku berbelanja.
“Adek, kenapa adek ga mau baca hafalan Al Qurannya?” tanyaku sambil berjalan santai.
“Adek capek ibu, adek mau bermain-main saja hari ini. Kan ini hari sabtu” jawabnya.
“Kalau begitu, setelah puas mainnya, adek mau lanjut hafalannya kan hari ini?” tanyaku
“Ga mau ibu. Pokoknya bermain aja” jawabnya kukuh.
Dengan tersenyum aku hentikan langkahku. Sambil berjongkok aku tatap mata bulatnya yang indah dan berkata “ Adek, tahu kah keistimewaan yang Allah berikan kepada anak yang berhasil menghafalkan Al Quran?”
Sambil menggeleng dia menjawab “Apa saja keistimewaannya, ibu?”
“Beneran adek penasaran?”
“Iya, apa ibu?”
“Allah menjanjikan surga bagi para penghafal Al Quran. Allah akan memberikan syafaat atau pertolongan bagi mereka kelak di akhirat. Dan, jika Bella menjadi hafidzah, Bella akan diberikan mahkota dari cahaya yang bersinar indah dan jubah kehormatan dari Allah Azza wa Jalla, dan Bella juga bisa memakaikan mahkota itu kepada ayah dan ibu” jelasku bersemangat
“Sungguh ibu? Bella akan memakai mahkota seperti princess?” tanyanya berbinar-binar.
“Iya, tentu saja. Bella pasti akan menjadi putri ibu yang paling cantik ketika tiba waktu itu” jelasku sambil berkaca-kaca.
“Ibu. Aku mau murajaah lagi ya. Ayo kita mulai hafalan Surat Al Ghasiyahnya ibu. Ayoooo” jawabnya dengan penuh semangat.
“Oke. Ibu siap-siap yaaaa” jawabku tak kalah bahagia.

Begitulah kesibukanku setiap hari sebagai ibu dari dua orang anak. Tak lelah diriku mendidik anak-anakku sampai kelak mereka menjadi anak-anak yang sholehah. Menjadi anak-anak yang tak pernah jauh dari Al Quran dan hadist. Anak-anak yang sukses baik dunia dan akhiratnya. Tak lelah kupanjatkan doa-doa baikku untuk putri-putriku kepada Allah Sang Pengabul doa demi keselamatan mereka kelak di akhirat. Dan tak lelah pula diriku untuk belajar ilmu agama lagi, sebagai bekalku untuk mendidik mereka. Robbi habli minash sholihin. “Wahai Rabbku, berilah aku keturanan yang shalih.” 

*Terinspirasi dari curahan hati seorang ibu yang mulai berhijrah demi kebaikan dan kebahagiaan keluarga kecilnya di dunia maupun di akhirat. Terimakasih sudah mau berbagi ceritanya kepadaku. Semoga Allah selalu memberikan kemudahan kepada para orang tua dalam mendidik dan membesarkan anak-anak mereka.*



23 komentar:

  1. MasyaAllah berat memang. *notetomyself 😒

    BalasHapus
  2. Balasan
    1. semoga anak-anak qt menjadi anak-anak yang sholeh/sholehah..allahumma aamminnn

      Hapus
  3. Balasan
    1. smeoga selalu diberi kemudahan oleh Allah azza wa jalla

      Hapus
  4. MasyaAllah buat semua calon ibu, self reminder semoga bisa diberkahi menjadi seorang ibu kelak yang mengajarkan ilmu2 agama dan ilmu demi kebaikan di dunia menuju surga aamiinn

    BalasHapus
    Balasan
    1. allahumma aammiinnn..semoga Allah memberikan kemudahan ya mba

      Hapus
  5. Aamiin yaa Rabb
    Mbak Prajna, monmaf, kalimat pembukanya ambigu.

    BalasHapus
  6. Menjadi seorang ibu zaman sekarang, di butuhkan tehnik dalam menangani anak anak. Seorang ibu harus bisa jadi ibu dan teman curhat sang anak, menyiapkan telinga,agar si anak tidak curhat ke orang lain.

    BalasHapus
  7. Ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya, memang sungguh tanggung jawab yg besar. Tapi jika sukses juga menjadi pahala yg luar biasa besar. Semangat untuk semua ibu dan calon ibu, semoga bisa menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Allahumma aammmiiinnn mba, semoga selalu diberi kemudahan oleh Allah azza wa jalla

      Hapus
  8. Hiks..bener banget mba ...mendidik anak perempuan berat..padahal anakku masih 4 tahun lho..dan dengar dr seorang ustadzah bahwa ketika remaja nanti LBH berat lagi,..semoga Allah karunia kan putra putri Sholih Sholihah penyejuk mata kita ya mbak..aamiin

    BalasHapus
  9. Aaaaaamiiiinnnn ... πŸ₯°πŸ₯°πŸ₯°

    BalasHapus