Tak pernah terbayangkan olehku
bahwa membesarkan anak adalah perkara yang sulit. Kala itu aku hanya
berfikir, setelah menikah, mendapatkan seorang anak hanyalah tentang mengandung,
melahirkan, membesarkan, dan mendidik agar anak-anakku kelak menjadi anak yang
pintar dan sukses secara finansial.
Namaku Tyas, ibu dua orang putri yang
cantik-cantik. Putri sulungku sudah mulai beranjak remaja, namanya Syila, dia
kini berusia 17 tahun dan telah duduk di bangku SMA. Putri keduaku bernama
Bella, usiany 7 tahun, baru saja masuk kelas satu SD di tahun ajaran baru yang
lalu. Ya, jarak usia mereka cukup jauh, 10 tahun. Aku dahulu memang memutuskan
untuk menikah di usia muda. Kala itu yang aku pikirkan adalah agar jarak antara
aku dan anakku tidak begitu jauh, aku ingin mempunyai anak yang bisa
menganggapku selain sebagai ibu juga sebagai teman curhatnya.
Namun seperti yang sudah aku
ungkapkan tadi, bahwa membesarkan anak adalah perkara yang gampang. Ternyata tidak
hanya dibutuhkan kepintaran otak, tetapi juga dibutuhkan ilmu agama yang
mumpuni untuk membesarkan anak-anak, baik anak perempuan atau laki-laki dalam
hal ini. Menjaga dan mendidik anak perempuan seperti menjaga mutiara, karena
saking beratnya. Menjaga agar mereka dijauhkan dari pergaulan bebas di dunia
yang semakin “gila” ini. Memberikan mereka makanan yang halal dan baik dari
rezeki yang halal dan baik pula. Memberikan mereka pakaian yang tertutup dengan
memkaikan mereka hijab agar terhindar dari zina mata para lelaki dan
fitnah-fitnah lainnya. Itulah yang dahulu aku belum menguasainya.
Ketika anak
sulungku beranjak dewasa, dan di saat itu pula aku merasakan beratnya menyuruh
Syila membenarkan sholat lima waktunya agar tidak bolong-bolong. Tak bosan aku
mengingatkan setiap tiba waktu adzan agar segera mengambil wudhu dan
mengerjakan sholat. Karena sebagai seorang muslim wajib tahu bahwa sholat
adalah tiang agama, dan hal yang pertama kali diminta pertanggung jawabannya kelak
di alam kubur.
“Syila sayang, ayo magrib dahulu.
Letakkan dulu Hpnya, ambil wudhu dan jamaah sama ayah, ibu, dan adek” ajakku
suatu kali
“Iya ibu. Sebentar. Ayah, ibu,
dan adik duluan aja, Syila shalat sendiri aja” jawabnya
“Tapi shalat berjamaah lebih
utama anakku, kita bisa mendapatkan pahala yang besar nanti. Allah akan makin
sayang juga sama Syila” terangku dengan penuh rasa sabar
“Ibu, iya, Syila pasti shalat. Ihhh,
ibu jangan cerewet dong” jawabnya lagi dengan nada agak kesal
“Ibu cerewet seperti ini, demi
keselamatanmu nak. Selamat dari siksa api neraka Allah. Siksa Allah sangat pedih
nak. Andai saja kamu tahu itu.” Terangku masih dengan kesabaran dan kelembutan.
“Iya ibu, Syila shalat.”
“Nah, gitu dong. Ini baru anak
ibu.” Jawabku sambil memeluk anak sulungku.
Tak jarang basah pipi ini di setiap sujud di sepertiga malamku. Meminta
kepada Sang Rahman Rahim agar selalu menjaga putri-putri cantikku dari godaan
dunia yang semakin kejam, memohon agar mereka tumbuh menjadi wanita yang
sholehah, dan baik ilmu agamanya. Betapa takutnya diriku ketika diminta
pertanggungjawaban atas anak-anakku kelak di akhirat, jika aku tidak mendidik
mereka dengan baik. Memang bukan sepenuhnya salah Syila jika shalatnya masi
banyak alpanya, karena aku kurang tegas menyuruhnya saat dia mencapai usia
baligh kala itu. Ilmu agamaku masih nol waktu itu.
Hingga pada suatu hari, tidak ada
angin tidak ada hujan, Syila mengajakku shalat ke masjid.
“Ibu, ayo kita sama-sama sholat
ke masjid. Sama adek juga” ajaknya.
“Maa syaa Allah nak. Kenapa tiba-tiba
ajak ibu dan adek shalat di masjid?” tanyaku ingin tahu.
“Hmm, tidak apa-apa ibu. Aku ingin
jadi anak yang sholehah. Yang kelak bisa menyelamatkan ibu dan ayah dari siksa
api neraka” jawabnya.
“Ibu bangga padamu nak” kedekap
erat dia seketika.
Pecah tangisku seketika, tak
kusangka jawaban itu yang kudengar.
Tak jarang juga kudengar
pertengkaran-pertengkaran kecil terjadi antara kakak beradik ini. Tidak ingin
kesalahan yang sama terjadi pada anak keduaku, aku mulai melatih Bella agar
istiqomah dalam melaksanakan rukun Islam. Ya, setelah aku berhijrah dan belajar
ilmu agama, makin kuat tekadku agar bisa menjadikan kedua anakku menjadi anak
yang sholehah. Seperti di suatu siang, aku mendengar mereka bertengkar karena
suatu hal.
“Ibuuuu” panggil Bella sambil
berlari ke arahku.
“Iya sayang, ada apa?” tanyaku.
“Kakak bu, masa kakak minum
sambil berdiri. Itu kan salah ibu. Waktu aku ngingetin kakak. Kakak malah
membentakku” adunya sambil agak terisak.
Kulangkahkan kaki mendekati Syila
yang masih membawa botol plastik
ramah lingkungan di tangan kirinya.
“Syila, Bella ayo sini duduk
dekat ibu. Ibu mau memberi tahu kalian sesuatu” ajakku kepada mereka.
“Kakak. Kakak sudah tau belum adab
minum ala Rasulullah?” tanyaku kepada Syila
“Adab, apa itu adab ibu?” tanyanya
menyelidik.
“Adab itu aturan atau sopan
santun. Dalam Islam, ada adab yang dianjurkan di saat kita akan minum. Kakak mau
tau?” jelasku.
“Iya, Bella aja tau. Masa kakak
ga tau sih. Kan ada di pelajaran agama Bella. Kakak dulu ga dengerin yaaa?” Bella
masi dengan wajah gondok bertanya kepada kakaknya.
“Ihhh apa sih, anak kecil. Baru juga
tau, tapi sudah sok tau” sergah kakaknya.
“Sudah, sudah. Biar ibu yang
menjelaskan. Sebagai muslimah yang baik, kita harus tau adab makan dan minum. Kalau
adek tau, coba ibu ingin dengar apa saja adab makan dan minum?” tanyaku menguji
Bella
“Adab makan dan minum itu, satu,
duduk terlebih dahulu, dua, memegang makanan atau minuman dengan tangan kanan,
tiga, membaca bismillahirrahmanirrahim, empat, tidak tergesa-gesa, lima, makan
atau minum secukupnya dan tidak berlebihan. Begitu kata ustadzah di sekolah”
jawabnya penuh semangat.
“Maa syaa Allah. Anak ibu hebat”
kataku memuji Bella
“Nah, kakak sekarang sudah tau
kan adab makan dan minum bagi muslimah yang baik? Jadi mulai sekarang diamalkan
yah ilmu yang bermanfaat ini” jelasku pada Syila
“Iya ibu. Iya ustadzah cerewet”
jawab Syila
“Dan untuk adek, kalau mau
menasehati kakak, dengan cara yang baik ya nak. Katakan dengan kata-kata yang
lembut dan santun, biar kakak ga gondok terus marahin adek. Ya nak ya” terangku
pada Bella sambil mengusap rambutnya.
“Iya ibu. Maafin Bella ya kak”
lanjut Bella sambil menyodorkan tangannya pada Syilla
“Maafin kakak juga ya adek kecil”
balas Syila sambil menyambut tangan Bella.
Kamipun tertawa-tawa bahagia
setelah itu.
Berkaca pada kakaknya, aku
memilihkan sekolah agama untuk Bella agar pondasi agamanya baik. Namun, bukan
berarti mendidik Bella adalah perkara yang mudah. Banyak juga tantangan yang harus
aku hadapi. Salah satunya adalah wali murid wajib menyetorkan murajaah
ayat-ayat Al Quran via voice note di aplikasi gawai. Namanya anak kecil, ada
waktu-waktu Bella tidak mood untuk melakukan murajaah bersamaku. Kalau sudah
begini, macet juga acara
murajaahnya. Namanya seorang ibu, harus banyak akal. Jangan mau kalah sama anak
yang lagi tidak mood. Kalau moodnya sedang tidak bagus, aku biarkan dahulu. Setelah
mendapatkan izin dari ustadzah kalau setoran murajaahnya telat, aku ajak Bella
berjalan-jalan keliling komplek perumahan sambil aku berbelanja.
“Adek, kenapa adek ga mau baca
hafalan Al Qurannya?” tanyaku sambil berjalan santai.
“Adek capek ibu, adek mau
bermain-main saja hari ini. Kan ini hari sabtu” jawabnya.
“Kalau begitu, setelah puas
mainnya, adek mau lanjut hafalannya kan hari ini?” tanyaku
“Ga mau ibu. Pokoknya bermain aja”
jawabnya kukuh.
Dengan tersenyum aku hentikan
langkahku. Sambil berjongkok aku tatap mata bulatnya yang indah dan berkata “
Adek, tahu kah keistimewaan yang Allah berikan kepada anak yang berhasil
menghafalkan Al Quran?”
Sambil menggeleng dia menjawab “Apa
saja keistimewaannya, ibu?”
“Beneran adek penasaran?”
“Iya, apa ibu?”
“Allah menjanjikan surga bagi
para penghafal Al Quran. Allah akan memberikan syafaat atau pertolongan bagi
mereka kelak di akhirat. Dan, jika Bella menjadi hafidzah, Bella akan diberikan
mahkota dari cahaya yang bersinar indah dan jubah kehormatan dari Allah Azza wa
Jalla, dan Bella juga bisa memakaikan mahkota itu kepada ayah dan ibu” jelasku
bersemangat
“Sungguh ibu? Bella akan memakai
mahkota seperti princess?” tanyanya
berbinar-binar.
“Iya, tentu saja. Bella pasti
akan menjadi putri ibu yang paling cantik ketika tiba waktu itu” jelasku sambil
berkaca-kaca.
“Ibu. Aku mau murajaah lagi ya. Ayo
kita mulai hafalan Surat Al Ghasiyahnya ibu. Ayoooo” jawabnya dengan penuh
semangat.
“Oke. Ibu siap-siap yaaaa”
jawabku tak kalah bahagia.
Begitulah kesibukanku setiap
hari sebagai ibu dari dua orang anak. Tak lelah diriku mendidik anak-anakku sampai kelak mereka menjadi
anak-anak yang sholehah. Menjadi anak-anak yang tak pernah jauh dari Al Quran
dan hadist. Anak-anak yang sukses baik dunia dan akhiratnya. Tak lelah
kupanjatkan doa-doa baikku untuk putri-putriku kepada Allah Sang Pengabul doa
demi keselamatan mereka kelak di akhirat. Dan tak lelah pula diriku untuk
belajar ilmu agama lagi, sebagai bekalku untuk mendidik mereka. Robbi habli minash sholihin. “Wahai
Rabbku, berilah aku keturanan yang shalih.”
*Terinspirasi dari curahan hati seorang ibu yang mulai berhijrah demi kebaikan dan kebahagiaan keluarga kecilnya di dunia maupun di akhirat. Terimakasih sudah mau berbagi ceritanya kepadaku. Semoga Allah selalu memberikan kemudahan kepada para orang tua dalam mendidik dan membesarkan anak-anak mereka.*
MasyaAllah berat memang. *notetomyself 😢
BalasHapushiks..iya mba...amanah yg sangat berat
HapusYa Allah..itu juga yang aku rasakan...
BalasHapussemoga anak-anak qt menjadi anak-anak yang sholeh/sholehah..allahumma aamminnn
HapusMaa Syaa Allah😢
BalasHapussmeoga selalu diberi kemudahan oleh Allah azza wa jalla
Hapusallahumma aammiinn
BalasHapusMasyaAllah buat semua calon ibu, self reminder semoga bisa diberkahi menjadi seorang ibu kelak yang mengajarkan ilmu2 agama dan ilmu demi kebaikan di dunia menuju surga aamiinn
BalasHapusallahumma aammiinnn..semoga Allah memberikan kemudahan ya mba
HapusAamiin ya Allah
BalasHapusAamiin yaa Rabb
BalasHapusMbak Prajna, monmaf, kalimat pembukanya ambigu.
Huwohhh iya kah?
Hapusmba Herlin,,makasih koreksinya yaa
HapusMenjadi seorang ibu zaman sekarang, di butuhkan tehnik dalam menangani anak anak. Seorang ibu harus bisa jadi ibu dan teman curhat sang anak, menyiapkan telinga,agar si anak tidak curhat ke orang lain.
BalasHapusIyaaa betul sekali mba say
HapusIbu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya, memang sungguh tanggung jawab yg besar. Tapi jika sukses juga menjadi pahala yg luar biasa besar. Semangat untuk semua ibu dan calon ibu, semoga bisa menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya
BalasHapusAllahumma aammmiiinnn mba, semoga selalu diberi kemudahan oleh Allah azza wa jalla
HapusHiks..bener banget mba ...mendidik anak perempuan berat..padahal anakku masih 4 tahun lho..dan dengar dr seorang ustadzah bahwa ketika remaja nanti LBH berat lagi,..semoga Allah karunia kan putra putri Sholih Sholihah penyejuk mata kita ya mbak..aamiin
BalasHapusAllahumma ammmiiinnn mba 🌹🌹
HapusAamiin ya Rabb 😊
BalasHapus🌹🌹🌹
HapusAaaaaamiiiinnnn ... 🥰🥰🥰
BalasHapus😍😍😍🌹🌹
Hapus