“Seorang muslim itu saudara bagi muslim yang
lainnya. Tidak boleh mendhaliminya dan tidak boleh pula menyerahkan kepada
orang yang hendak menyakitinya. Barangsiapa yang memperhatikan kebutuhan
saudaranya, maka Allah akan memperhatikan kebutuhannya. Barangsiapa yang
melapangkan kesulitan seorang muslim, niscaya Allah akan melapangkan
kesulitan-kesulitannya di hari kiamat. Dan barangsiapa yang menutupi kesalahan
seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi kesalahannya kelak di hari kiamat”
(HR. Bukhari no. 2442, Muslim no. 2580,
Ahmad no. 5646, Abu Dawud no. 4893, at-Tirmidzi no. 1426 ; dari Abdullah bin
‘Umar radliyallahu ‘anhuma)
Ya, sesuai dengan hadist di atas, sesama
muslim adalah saudara. Tidak memandang suku, ras, status sosial, ataupun asal
usul selama kita sesama muslim maka kita bersaudara.
Di minggu terakhir bulan Maret silam, tepatnya Ahad tanggal
24 Maret 2019, kajian akhwat masjid Imam Syafii Mojokerto mengadakan acara “Temu
Kenal dan Menjalin Ukhuwah Akhwat As-Sunnah”. Sesuai dengan judul acaranya, acara
ini diperuntukkan khusus bagi jamaah wanita masjid tersebut agar saling
mengenal satu sama lainnya. Acara diisi dengan kajian tentang menjalin ukhuwah Islamiyah dan dilanjutkan dengan makan bersama jamaah akhwat.
Aku berkesempatan untuk menghadiri acara ini
karena mendapat ajakan dari temanku yang sudah sering menghadiri kajian di
masjid Imam Syafii. Aku iyakan ajakan temanku, karena aku ingin mendapatkan
teman-teman baru yang akan membawaku kepada kebaikan dan tentunya untuk menimba
ilmu baru.
Acara dibuka oleh moderator yaitu ustadzah
Rosyidah tepat pukul 09.00 pagi. Kemudian dilanjutkan dengan kajian bertema menjalin
ukhuwah Islamiyah yang diisi oleh narasumber yaitu ustadzah Ummu Harits.
Dalam kajiannya, ustadzah Ummu Harits menerangkan
tentang pengertian ukhuwah islamiyah, perbedaannya dengan silaturahim, dan
keutamaan menjalin ukhuwah Islamiyah. Dimulai dengan pengertian ukhuwah Islamiyah, beliau menjelaskan ukhuwah Islamiyah artinya adalah ikatan
persaudaraan sesama muslim yang dijalin atas dasar keimanan dan seakidah. Memperkuat
ikatan persaudaraan islam dapat dicapai dengan cara mengikuti kajian-kajian
agama yang bermanfaat juga untuk memperbaiki kualitas akhlak dan meningkatkan
kadar keimanan kita, serta menjaga lisan
kita agar tidak menyakiti sesama saudara muslim kita.
Perbedaannya dengan silaturahim, lanjut
beliau, jika ukhuwah Islamiyah adalah ikatan persaudaraan islam maka
silaturrahim adalah menyambung hubungan dengan kerabat atau keluarga (berhubungan
darah). Cara untuk membangun tali silaturrahim yaitu dengan saling mengunjungi
kerabat, menasehati kerabat dalam hal kebaikan, serta berbuat baik kepada
kerabat. Adapun ancaman yang Allah berikan kepada seseorang yang memutus tali
silaturahim adalah tertolaknya doa-doa yang mereka panjatkan dan diharamkan
surga baginya. Astaghfirullah, dari sini aku sudah bisa membayangkan betapa
pentingnya menjaga tali persaudaran dengan sesama umat muslim.
Selanjutnya ustadzah Ummu Harits menyebutkan
lima keutamaan bagi muslim dan muslimah yang menjaga ukhuwah islamiyah. Adapun lima
keutamaan tersebut adalah :
·
Pertama, orang tersebut akan merasakan lezatnya iman.
·
Kedua, akan mendapatkan naungan dari Allah pada hari kiamat
kelak. Sesuai dengan sabda Rasulullah, “Di mana orang-orang yang saling
mencintai karena-Ku, maka hari ini aku akan menaungi mereka dengan naungan yang
tidak ada naungan kecuali naunganku.” (HR. Muslim).
·
Ketiga, orang tersebut akan menjadi ahli surga kelak di
akhirat
·
Keempat, termasuk dalam amalan yang mulia dan mendekatkan
diri kepada Allah azza wa jalla.
·
Kelima, Allah akan mengampuni segala dosa-dosanya.
Setelah ustadzah
Ummu Harits selesai memberikan penjelasan tentang materi kajian, moderator membuka
sesi tanya jawab kepada peserta. Tak terasa adzan dhuhur akan segera
dikumandangkan, ustadzah Rosyidah selaku moderator menutup kajian yang menarik
ini dengan doa kafaratul majelis.
Sungguh materi
kajian yang sangat berharga dan menambah wawasan baru bagiku. Begitu adzan zuhur berkumandang, para jamaah bergegas berwudhu dan mengikuti shalat dhuhur
berjamaah.
Dan sebagai puncak
acara temu kenal akhwat yaitu makan bersama jamaah akhwat. Rupanya panitia telah menggelar menu
makanan di atas lembaran daun pisang. Seluruh peserta acara duduk lesehan dengan tertib dan rapi untuk
menikmati hidangan yang luar biasa nikmat di depan kami. Hujan yang mengguyur
saat acara makan bersama tidak menyurutkan kebersamaan sehari kami ini. Sungguh indah jalinan ukhuwah Islamiyah ini. Semoga kami bisa menjadi saudara sampai di akhirat kelak.
Waah keren, aku keder kalau bikin artikel itu😂
BalasHapusLatihan ini mak, lagi mempraktekkan ilmu ceritanya nih hihihi
HapusAsyeek mb Prajna. Tulisannya berdaginggg semua
BalasHapusDuh berdaging apa berlemak nih mba jihan...macam badan awak nih 😂😰
HapusOk ni jenis tulisan reportase ya Mak?
BalasHapusreportasi atau artikel narasi ya, saya bingung hahaha
HapusTulisannya keren. Informatif sekali, Kak.
BalasHapusTerimakasih banyak kakak pije...mohon bimbingannya
HapusBerbagi informasinya luar biasa mbak e, kangen kajian rutin hiks
BalasHapusAaamiiin....
BalasHapusNambah ilmu baru
BalasHapusAlhamdulillah 🌹🌹
HapusBaru sempet baca mbak, mantulll...
BalasHapusngeri banget ya kalau sampai putus silaturrahim, ancamannya gak main-main. Naudzubillah...
makasih mba pije tercinta syalala...iya mba, mari terus menyambung tali silaturahim yaa
Hapus