![]() |
Menyambut senyum mentari di bukit Penanjakan |
Siapa yang takkan tergoda oleh
pesona keelokan Gunung Bromo. Sembilan tahun silam, aku dan enam temanku berkesempatan
mengunjungi gunung berapi yang masih aktif ini. Kami penasaran untuk menikmati salah
satu Mahakarya Tuhan secara langsung.
Gunung Bromo berada di empat
wilayah kabupaten sekaligus yaitu Pasuruan, Probolinggo, Lumajang, dan Malang,
jadi tidak akan kesulitan bagi mereka yang ingin menjangkaunya. Kami mengambil jalur
dari arah kabupaten Pasuruan, karena posisi kami dari Surabaya. Alat transportasi untuk
menuju ke Bromo tidaklah terlalu sulit, kita hanya perlu naik bus dari Surabaya
ke Pasuruan, dilanjutkan dengan mobil angkutan umum untuk naik menuju desa persinggahan
di sekitar Gunung Bromo.
Hawa dingin yang menusuk tulang menyambut
kedatangan kami di kala hari menjelang petang. Tak berapa lama kami mencari
penginapan di rumah warga yang bisa disewa walau hanya untuk satu malam. Ya,
kami sengaja ke sana ala backpacker, ala
bonek lebih tepatnya, jadi urusan akomodasi, konsumsi, dan transportasi kita
pikirkan secara spontan (uhuy) juga. Untungnya kita diberi kemudahan untuk
mendapatkannya.
Tujuan kami selain naik ke puncak
Bromo apalagi jika bukan untuk melihat keindahan mentari pagi yang menyeruak dari
balik Bromo. Di bukit Penanjakan tujuan tersebut bisa kita wujudkan. Setelah
aman dengan masalah penginapan, selanjutnya kita mencari persewaan mobil, Jeep,
untuk ke Penanjakan. Tak butuh waktu lama juga, karena kebetulan ada orang yang
menawarkan mobil Jeepnya. Kami menyewa dua mobil Jeep , karena satu mobil Jeep hanya untuk empat orang saja.
Semakin malam, udara dingin
semakin menjadi rupanya. Kami istirahat sejenak untuk sekedar meluruskan
punggung yang serasa bengkok karena perjalanan yang kami tempuh tadi. Istirahat
yang benar-benar sejenak, karena pukul dua dini hari kami harus segera bergegas menuju bukit Penanjakan kalau tidak ingin berjibaku dengan orang-orang
yang bertujuan melihat sunrise juga di sana.
“Kesiangan dikit berangkatnya,
bakal ga dapat tempat, mas mbanya, buat lihat sunrise loh.” Kata sopir Jeepnya menjelaskan.
“Jauh apa mas tempatnya dari
sini?” Tanyaku penasaran.
“Ya ga juga mba, setengah jam
kira-kira. Tapi bakal uyel-uyelan di
sana mas, mba."
Oke, baik, kami manut. Karena kapan lagi bisa melihat momen
sunrise di Penanjakan. Kondisi cuaca juga sedang bagus kala itu. Momen yang
tepat. Jangan sampai terlewat.
Namun, karena kami yang terlewat
capek hingga kebablasan tidur. Pukul 02.30 kami baru terbangun. Terima nasib,
pukul 03.00 akhirnya kita bergegas menuju Penanjakan. Pukul 03.30 kita sampai
di lokasi sebelum pintu masuk Penanjakan. Ternyata Jeep tidak bisa mendekati lokasi
tangga pintu masuk. Untuk ke sana hanya bisa dijangkau dengan berjalan kaki
atau ojek biasa, bukan ojek online ya.
Dan di sini ada sedikit keanehan terjadi
padaku dan temanku. Sebuah misteri yang belum terpecahkan hingga detik ini,
tapi bukan kisah misteri seperti yang sedang viral saat ini. Kebetulan salah satu
temanku, sebut saja Prita, agak tidak enak badan. Maka dari itu dia memutuskan
untuk naik ojek saja, daripada kelelahan berjalan kaki. Aku dengan senang hati
menerima ajakannya untuk menemani naik ojek. Kebetulan mataku juga rasanya masih lengket. Teman-temanku
yang lainnya berjalan kaki, biar sehat katanya.
Ketika naik ojek itu, sesekali
kupejamkan mataku, sesekali juga kubuka mataku. “Ternyata lama juga untuk
menuju pintu masuk Penanjakan.” Pikirku.
Kurang lebih sepuluh menit aku
dan Prita berada di atas motor mas ojek. Setelah mengucapkan
terimakasih, kamipun turun dan bergegas menaiki tangga masuk ke bukit Penanjakan. Tangganya
lumayan banyak, cukup untuk membakar lemak tubuh di tengah-tengah udara dingin yang ekstrem.
Sejenak aku dan temanku membeli
secangkir teh di kios sepanjang tangga masuk, untuk menghangatkan tubuh sambil menunggu teman-teman lainnya
yang berada di belakang kita (secara logika). Seperempat jam berlalu, jam
tanganku sudah menunjukkan pukul 04.00 tapi teman-temanku belum juga menampakkan
diri. Aku berinisiatif untuk mencari mereka di tangga bawah, siapa tau nampak
keberadaan mereka. Namun nihil, aku tak menemukan salah satu dari mereka.
Karena waktu yang semakin mepet
kami memutuskan ke bukit Penanjakan terlebih dahulu. Dan betapa kagetnya kami
ketika mengetahui teman-temanku yang berjalan kaki tadi sudah berada di atas.
”Nah loh. Bagaimana bisa mereka
sampai duluan, kita kan naik motor.” Pikirku heran.
“Kemana aja kalian. Kita sudah
nunggu dari tadi tau.” Sambut Diana, salah satu temanku, dengan wajah agak
sewot.
“Lah kita mau nanya, kok kalian
dah pada di sini aja. Kita lama nungguin kalian di bawah tau. Di kios teh tuh.” Jawab
Prita bersungut-sungut manja.
“Lah memang deket, lima menit jalan
kaki juga sampai kali.” Jawab Ratna, temanku yang lainnya.
“Bohong, ga mungkin lah. Kita aja
naik motor sepuluh menit, jalan kaki ya lebih toh.” Debatku.
“Enggak Nit. Nanti pulangnya
buktiin kalo ga percaya.” Tantang Ratna.
“Oke. We’ll see ya.” Jawabku ga mau kalah.
Daripada tenaga habis buat
berdebat, kami pakai saja untuk melanjutkan perjalanan yang tinggal beberapa
langkah menuju tempat melihat keindahan matahari terbit di ufuk Timur. Dan benarlah kata pak sopir Jeep.
Sudah banyak manusia memadati bukit Penanjakan. 04.30. Mencari titik terbaik untuk melihat momen matahari terbit. 04.45. Mulai harap-harap cemas.
Berbagai macam jenis kamera maupun telepon genggam siap di tangan masing-masing. Berharap dapat
mengabadikan momen indah ini, sebagai bukti kebesaran Sang Penguasa Langit dan Bumi.
Pukul lima kurang, perlahan
mentari pagi menyemburkan cahayanya di balik Gunung Bromo. Maa syaa Allah, Maha
Besar Allah pencipta alam semesta. Pemandangan yang amat sangat mengagumkan. Indah,
menenangkan, menghipnotis, seakan memberikan energi positif bagi siapa saja
yang melihatnya. Buru-buru kami mengabadikan momen itu. Tak ada kata-kata
selain kata-kata pujian bagi Sang Rahman Rahim.
Semua orang sibuk berfoto dengan
background matahari terbit dan tentu saja wajah Gunung Bromo yang dapat kami lihat
dari atas bukit ini. Setelah puas berfoto kamipun turun dari bukit Penanjakan. Baru kami sadari, ternyata
kanan kiri kami adalah pohon cemara tinggi yang berdiri kokoh berdiri. Gelap malam menutupi pemandangan indah ini. Semerbak
aroma buah cemara tercium di indra penciuman kami. Berbaur dengan udara pagi
yang sejuk, rasanya enggan meninggalkan tempat ini. Terlalu indah untuk
dijadikan memori, pikirku.
Dan saat pembuktian pun tiba. Kami
berjalan kaki untuk menuju Jeep sewaan kami sebelum melanjutkan perjalanan
menuju puncak Bromo. Lagi-lagi aku dan Prita tercengang, jarak antara pintu
masuk tangga Penanjakan dan lokasi parkir Jeep sewaan tidak terlalu jauh.
Salah satu spot di tangga menuju bukit Penanjakan |
Mata kami beradu pandang. Seakan pertanyaan
kami sama, “Lalu kami tadi muter kemana saja?” Wallahualam. Pemandangan di
sekitar kami terlalu indah untuk dilewatkan. Jadi biarkan saja kejadian itu
tetap menjadi misteri. Aku hanya berpikir, untung kami masi diberi keselamatan.
Singkat cerita, kami menghabiskan sisa waktu mengagumi keindahan alam dengan menaiki tangga menuju puncak Gunung Bromo. Tak lupa sejenak kami mengunjungi wisata alam di sekitarnya. Sungguh Mahakarya
yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Andai kami punya waktu lebih lama,
takkan kami tolak untuk menghabiskan malam di sana sekali lagi. Namun apa daya
rutinitas pekerjaan esok hari sudah menunggu kami.
Liburan singkat yang sangat berkesan. Meninggalkan memori indah di ingatanku untuk selalu menghargai dan mencintai alam. Terutama untuk selalu mengingat dan mencintai Sang Penciptanya.
![]() |
Berjalan kaki ratusan meter demi puncak kawah Bromo |
Liburan singkat yang sangat berkesan. Meninggalkan memori indah di ingatanku untuk selalu menghargai dan mencintai alam. Terutama untuk selalu mengingat dan mencintai Sang Penciptanya.
Keindahan alam di desa persinggahan sekitar Gunung Bromo |
![]() |
Bukit Teletubbies |
![]() |
Gunung Bromo dengan segala daya pikatnya |
Catatan kaki:
uyel-uyelan = berdesakan
manut = nurut, patuh
we'll see = kita lihat saja nanti
sunrise = matahari terbit
wih cerita serem nih bagus kalo viral kayak yang itu tuh
BalasHapusJyahahaha, ga seserem itu kok, mgkin kang ojeknya lg kesasar aja 😢
HapusAda serem-seremnya haha
BalasHapusTapi satu keinginan akutu pengen ke bromo. Semoga Allah mengizinkannya aamiin
Cuss mba,,maa syaa allah bagusnya, jgn lupa bawa jaket dobel yak
HapusAku yang deket ini belum pernah sekali pun kesana mb huhu jadi envy
BalasHapusHlohhh...ayo ndang diagendakan, sama keluarga pasti menyenangkan 😁
Hapus