Rabu, 02 Oktober 2019

BUTTERFLY DAYCARE


Salah satu persoalan yang harus dihadapi oleh seorang working mom atau ibu yang bekerja, dalam hal ini yang bekerja di luar rumah, adalah bagaimana cara mendelegasikan tugas mengurus dan mengasuh anak-anaknya ketika dia bekerja. Dan ini menjadi kendalaku saat itu ketika aku memutuskan untuk terjun kembali menjadi pekerja kantoran. Aku memutuskan untuk kembali bekerja setelah sebelumnya aku vakum selama beberapa saat.

Lain ceritanya kalau aku bisa menitipkan anak keduaku yang kala itu masih berumur empat bulan di rumah orang tuaku. Namun sayang, aku tidak bisa melakukan hal itu dikarenakan kondisi fisik ibuku. Beliau mengalami kelumpuhan akibat penyakit stroke yang dideritanya. Alhasil aku harus memikirkan cara yang lainnya.

Tak jarang aku membawa bayiku ke kantor, tetapi yang terjadi selanjutnya adalah aku tidak bisa bekerja secara maksimal. Wakwakwak. Fokusku menjadi terpecah antara menyelesaikan pekerjaanku dan ngemong si kecil. Karena tidak ada pilihan lain maka aku tetap bertahan dengan kondisi tersebut hingga bayiku mencapai usia delapan bulan.

Lama-kelamaan aku merasa kewalahan dan kasihan jika harus membawa bayi kecilku ke kantor hampir setiap hari. Aku memikirkan alternatif lainnya. Sebenarnya aku ingin memperkerjakan seorang asisten rumah tangga yang khusus untuk menjaga dan mengurus bayiku. Namun hati kecil ini tidak tega, karena tak sedikit berita yang mengabarkan kasus penelantaran atau penyiksaan bayi oleh ART. Ngeri sekali bukan. Sebagai bunda yang  bijak pasti berusaha seselektif mungkin dalam memilih pengasuh anak.

Dengan meminta bantuan Allah, kuputuskan untuk mencari pengasuh anak yang amanah. Gayung bersambut, di saat hati gundah gulana karena mencari mba pengasuh, tidak lama kemudian mantan ART ibuku tatkala aku masih kecil menyanggupi pinangan untuk menjadi pengasuh anakku . Alhamdulillah, rasa syukur kupanjatkan kepada Sang Khalik.

Namun lagi-lagi aku harus menghadapi kendala,  pengasuh bayiku yang seharusnya bisa aku andalkan ternyata tidak selamanya bisa diandalkan. Mba pengasuh yang aku andalkan jadi sering absen ke rumahku. Hiks. Ketidakhadirannya menjaga bayiku sama dengan ketidakhadiranku ke kantor. Aku jadi sering absen kerja. Kehadirannya hanya bertahan empat bulan, sebelum dengan berat hati terpaksa kulepaskan si mba pengasuh, meskipun dia handal dan cukup dapat dipercaya. Sedih.

Aku kembali membawa bekerja bayiku. Rasa capek yang berlipat ganda kurasakan setiap harinya sepulang bekerja. Bukannya aku mengeluh atau tidak bersyukur, tetapi memang itu yang aku rasakan. Sepertinya suamiku merasa iba juga, dan dia memberikan jalan keluar  yaitu dengan menitipkan bayi lelakiku di penitipan anak atau baby daycare.

Sepertinya Allah selalu mendengar doaku. Tak berapa lama aku mencari tempat penitipan bayi, qadarullah aku dipertemukan dengan “Butterfly Daycare”. Maa syaa Allah, aku seperti menemukan berlian. Bukan berlebihan, memang penitipan bayi seperti ini yang aku butuhkan. Penitipan anak yang muslim friendly.

Bukan hanya penitipan anak biasa ternyata,  di “Butterfly Daycare” anakku mulai dikenalkan nilai-nilai agama. Di sana si kecil dibiasakan mendengar bacaan Al Quran yang dimulai dari surat-surat pendek, diajarkan doa-doa sehari-hari, mendengarkan cerita-cerita Islami, tak lupa juga mendengarkan kalimat-kalimat Tauhid. 

Putra kecilku juga diajak beraktivitas untuk mengasah motorik halusnya, yaitu dengan bermain merobek-meremas kertas, mengenal bentuk geometris dengan memasukkan benda sesuai bentuknya, belajar membuka-menutup dengan media tutup panci, dan melukis dengan jari. 

Ibu pemilik daycare, yang biasa aku panggil ummi Widi juga sangat kooperatif dan informatif. Tanpa segan beliau mengabariku via chat kalau terjadi sesuatu pada anakku. Ummi Widi juga selalu menginformasikan kegiatan-kegiatan anakku  seharian di rumahnya. Beliau juga tidak berkeberatan jika harus menjaga anakku lebih lama sewaktu aku harus bekerja lembur. 

Memang tidak semua ibu ibu seberuntung diriku yang bisa dipertemukan dengan daycare seperti Butterfly Daycare oleh Allah. Namun ingatlah ini bunda, dimanapun atau dengan siapapun anak bunda diasuh, tidak ada yang bisa mengalahkan ikatan emosional yang melekat  kuat  antara ibu dan sang anak. Jadi sebesar apapun rasa lelah yang mendera bunda dari beraktivitas, luangkanlah waktu untuk anak-anak bunda tersayang. Kalau bukan kita yang menyayangi mereka, siapa lagi?





8 komentar:

  1. Waaah emak keceh ini😍😘

    BalasHapus
  2. Jadi sebesar apapun rasa lelah yang mendera bunda dari beraktivitas, luangkanlah waktu untuk anak-anak bunda tersayang. Sipppp.

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul bapak, hihihi
      terimakasih mas wakhid, sudah sudi mampir ke rumah saya

      Hapus
  3. Aaah jeritan hatiku banget ini mbaa. Isya pun sekarang "sekolah" kadang masih ga tega. Padahal udah 3 bulan disana hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha, iya
      kadang pas kita mau ninggal, si bayik nangis, hmmm rasane kudu tak gowo mbalik omah wakakaka

      Hapus
  4. Hikss ... Aku yang sempat galau kemarin, senang ya mbak kalau bisa nemu yang pas di hati.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bangggeeettt mba, secara kita ini ibaratnya titip nyawa anak kita yaaa

      Hapus