Salah satu persoalan yang harus dihadapi oleh seorang working mom atau ibu yang bekerja, dalam
hal ini yang bekerja di luar rumah, adalah bagaimana cara mendelegasikan tugas
mengurus dan mengasuh anak-anaknya ketika dia bekerja. Dan ini menjadi
kendalaku saat itu ketika aku memutuskan untuk terjun kembali menjadi pekerja
kantoran. Aku memutuskan untuk kembali bekerja setelah
sebelumnya aku vakum selama beberapa saat.
Lain ceritanya kalau aku bisa menitipkan anak keduaku yang
kala itu masih berumur empat bulan di rumah orang tuaku. Namun sayang, aku
tidak bisa melakukan hal itu dikarenakan kondisi fisik ibuku. Beliau mengalami
kelumpuhan akibat penyakit stroke yang dideritanya. Alhasil aku harus
memikirkan cara yang lainnya.
Tak jarang aku membawa bayiku ke kantor, tetapi yang terjadi
selanjutnya adalah aku tidak bisa bekerja secara maksimal. Wakwakwak. Fokusku menjadi terpecah antara menyelesaikan pekerjaanku dan ngemong si kecil. Karena tidak ada pilihan lain maka aku tetap bertahan dengan
kondisi tersebut hingga bayiku mencapai usia delapan bulan.
Lama-kelamaan aku merasa kewalahan dan kasihan jika harus
membawa bayi kecilku ke kantor hampir setiap hari. Aku memikirkan alternatif lainnya. Sebenarnya aku ingin memperkerjakan seorang asisten rumah tangga yang khusus untuk menjaga dan
mengurus bayiku. Namun hati kecil ini tidak tega, karena tak sedikit berita yang
mengabarkan kasus penelantaran atau penyiksaan bayi oleh ART. Ngeri sekali
bukan. Sebagai bunda yang bijak pasti berusaha seselektif mungkin dalam memilih pengasuh anak.
Dengan meminta bantuan Allah, kuputuskan untuk mencari pengasuh anak yang amanah. Gayung
bersambut, di saat hati gundah gulana karena mencari mba pengasuh, tidak lama kemudian mantan ART ibuku
tatkala aku masih kecil menyanggupi pinangan untuk menjadi pengasuh anakku .
Alhamdulillah, rasa syukur kupanjatkan kepada Sang Khalik.
Namun lagi-lagi aku harus menghadapi kendala, pengasuh bayiku yang
seharusnya bisa aku andalkan ternyata tidak selamanya bisa diandalkan. Mba pengasuh yang aku andalkan jadi sering absen ke rumahku. Hiks. Ketidakhadirannya menjaga
bayiku sama dengan ketidakhadiranku ke kantor. Aku jadi sering absen kerja. Kehadirannya hanya bertahan empat bulan, sebelum dengan berat hati terpaksa kulepaskan si mba pengasuh, meskipun dia handal dan
cukup dapat dipercaya. Sedih.
Aku kembali membawa bekerja bayiku. Rasa capek yang berlipat
ganda kurasakan setiap harinya sepulang bekerja. Bukannya aku mengeluh atau
tidak bersyukur, tetapi memang itu yang aku rasakan. Sepertinya suamiku merasa
iba juga, dan dia memberikan jalan keluar yaitu dengan menitipkan bayi lelakiku di
penitipan anak atau baby daycare.
Sepertinya Allah selalu mendengar doaku. Tak berapa lama aku
mencari tempat penitipan bayi, qadarullah aku dipertemukan dengan “Butterfly
Daycare”. Maa syaa Allah, aku seperti menemukan berlian. Bukan berlebihan, memang
penitipan bayi seperti ini yang aku butuhkan. Penitipan anak yang muslim friendly.
Bukan hanya penitipan anak biasa ternyata, di “Butterfly Daycare”
anakku mulai dikenalkan nilai-nilai agama. Di sana si kecil dibiasakan mendengar bacaan Al Quran yang dimulai dari surat-surat pendek, diajarkan doa-doa sehari-hari, mendengarkan cerita-cerita Islami, tak lupa juga mendengarkan kalimat-kalimat Tauhid.
Putra kecilku juga diajak beraktivitas untuk mengasah motorik halusnya, yaitu dengan bermain merobek-meremas kertas, mengenal bentuk geometris dengan memasukkan benda sesuai bentuknya, belajar membuka-menutup dengan media tutup panci, dan melukis dengan jari.
Ibu pemilik daycare, yang biasa aku panggil ummi Widi juga sangat kooperatif dan informatif. Tanpa segan beliau mengabariku via chat kalau terjadi sesuatu pada anakku. Ummi Widi juga selalu menginformasikan kegiatan-kegiatan anakku seharian di rumahnya. Beliau juga tidak berkeberatan jika harus menjaga anakku lebih lama sewaktu aku harus bekerja lembur.
Memang tidak semua ibu ibu seberuntung diriku yang bisa dipertemukan dengan daycare seperti Butterfly Daycare oleh Allah. Namun ingatlah ini bunda, dimanapun atau dengan siapapun anak bunda diasuh, tidak ada yang bisa mengalahkan ikatan emosional yang melekat kuat antara ibu dan sang anak. Jadi sebesar apapun rasa lelah yang mendera bunda dari beraktivitas, luangkanlah waktu untuk anak-anak bunda tersayang. Kalau bukan kita yang menyayangi mereka, siapa lagi?
Putra kecilku juga diajak beraktivitas untuk mengasah motorik halusnya, yaitu dengan bermain merobek-meremas kertas, mengenal bentuk geometris dengan memasukkan benda sesuai bentuknya, belajar membuka-menutup dengan media tutup panci, dan melukis dengan jari.
Ibu pemilik daycare, yang biasa aku panggil ummi Widi juga sangat kooperatif dan informatif. Tanpa segan beliau mengabariku via chat kalau terjadi sesuatu pada anakku. Ummi Widi juga selalu menginformasikan kegiatan-kegiatan anakku seharian di rumahnya. Beliau juga tidak berkeberatan jika harus menjaga anakku lebih lama sewaktu aku harus bekerja lembur.
Memang tidak semua ibu ibu seberuntung diriku yang bisa dipertemukan dengan daycare seperti Butterfly Daycare oleh Allah. Namun ingatlah ini bunda, dimanapun atau dengan siapapun anak bunda diasuh, tidak ada yang bisa mengalahkan ikatan emosional yang melekat kuat antara ibu dan sang anak. Jadi sebesar apapun rasa lelah yang mendera bunda dari beraktivitas, luangkanlah waktu untuk anak-anak bunda tersayang. Kalau bukan kita yang menyayangi mereka, siapa lagi?
Waaah emak keceh iniππ
BalasHapusmaak..andah juga emak kece badai..muah
HapusJadi sebesar apapun rasa lelah yang mendera bunda dari beraktivitas, luangkanlah waktu untuk anak-anak bunda tersayang. Sipppp.
BalasHapusbetul bapak, hihihi
Hapusterimakasih mas wakhid, sudah sudi mampir ke rumah saya
Aaah jeritan hatiku banget ini mbaa. Isya pun sekarang "sekolah" kadang masih ga tega. Padahal udah 3 bulan disana hahaha
BalasHapushahaha, iya
Hapuskadang pas kita mau ninggal, si bayik nangis, hmmm rasane kudu tak gowo mbalik omah wakakaka
Hikss ... Aku yang sempat galau kemarin, senang ya mbak kalau bisa nemu yang pas di hati.
BalasHapusBangggeeettt mba, secara kita ini ibaratnya titip nyawa anak kita yaaa
Hapus