“Cu’, aku putus lagi dengan Luki” kataku kepada Armand di
telepon. Suara isak tangisku memenuhi gendang telinga dia. Hatiku porak poranda.
“Larilah bersamaku, Nek. Sebutkan mau kemana kamu pergi, aku akan menemanimu.” Ajak suara di ujung telepon spontan.
“Larilah bersamaku, Nek. Sebutkan mau kemana kamu pergi, aku akan menemanimu.” Ajak suara di ujung telepon spontan.
Dialah Armand, teman baikku yang selalu hadir menjadi “tempat
sampah” perjalanan hidupku. Hampir semua kebahagiaan, keceriaan, kesedihan,
kegalauan kutumpahkan padanya. Kupanggil dia Cucu, dan dia memanggilku Nenek. Sedekat itu hubungan kami, sampai-sampai kami memiliki nama panggilan untuk masing-masing.
Seperti hari itu ketika pecah tangisku karena aku baru saja break dengan Luki, lelaki yang telah menjadi kekasihku selama satu setengah tahun ini. Hubungan kami memang tidak berjalan mulus, putus-sambung sudah menjadi topik utama bulananku dengan Armand.
Seperti hari itu ketika pecah tangisku karena aku baru saja break dengan Luki, lelaki yang telah menjadi kekasihku selama satu setengah tahun ini. Hubungan kami memang tidak berjalan mulus, putus-sambung sudah menjadi topik utama bulananku dengan Armand.
Armand lelaki yang sangat perhatian dan baik padaku.
Pertemanan kami tulus, tanpa ada embel-embel suka di dalamnya. Yang kutahu dia
juga sudah memiliki pujaan hati, Vero namanya. Hubungan dia dengan Vero juga
11-12 denganku. Selalu saja ada pertengkaran-pertengkaran tidak penting
diantara mereka. Aku tahu, karena aku juga menjadi “tempat sampah” Armand
tentang kehidupan pribadinya.
Beberapa jam yang lalu aku dan Luki bertengkar hebat. Lagi-lagi
dia mempermasalahkan sikapku yang masih kekanakan. Dia berujar kalau aku ini
tidak bisa diatur, semau sendiri, egois. Luki lelaki yang pengertian
sebenarnya, aku tahu dia mencintaiku meskipun banyak sekali kekuranganku di
matanya. Sepertinya dia sudah tak tahan dengan ulahku kali ini. Kami berdebat
sampai kalimat “Oke, kita break saja dahulu” lagi-lagi terlontar darinya.
Entah untuk kali keberapa kata-kata putus terucap, tetapi
kali ini aku menghibah agar jangan putus.
“Jangan Luk, please, jangan putus lagi. Kita sudah mempersiapkan acara pernikahan kita. Please. Aku mengaku aku yang salah memang, aku janji ga akan seperti ini lagi.” Hibahku kepada Luki agar menarik kembali ucapannya.
“Ga tau lagi aku Na. Kamu terlalu bebal, aku takut kalau kita teruskan rencana pernikahan ini, kegagalan yang akan kita hadapi.” Jawabnya.
Hatiku sakit, dadaku sesak, otakku tidak bisa berpikir jernih. Luki berlalu dalam diam. Aku menangis sejadinya, tanpa suara.
“Jangan Luk, please, jangan putus lagi. Kita sudah mempersiapkan acara pernikahan kita. Please. Aku mengaku aku yang salah memang, aku janji ga akan seperti ini lagi.” Hibahku kepada Luki agar menarik kembali ucapannya.
“Ga tau lagi aku Na. Kamu terlalu bebal, aku takut kalau kita teruskan rencana pernikahan ini, kegagalan yang akan kita hadapi.” Jawabnya.
Hatiku sakit, dadaku sesak, otakku tidak bisa berpikir jernih. Luki berlalu dalam diam. Aku menangis sejadinya, tanpa suara.
Dan ajakan “Larilah bersamaku, Nek. Sebutkan mau kemana kamu
pergi, aku akan menemanimu” itu, nyaris membuatku berkata “Iya, ayo Cu.” Namun
logikaku berkata lain.
“Mengapa kamu mengajakku pergi, Cu?” tanyaku masih dengan isak tangis.
“Aku juga sedang kacau. Hehe. Kita senasib. Vero menghilang lagi.” terang Armand. Rupanya dia juga sedang terluka batin dan pikirannya.
“Owh.” Jawabku lirih.
"Maaf Cu, kalau aku meneleponmu di saat yang tidak tepat.” lanjutku kemudian.
“Mengapa kamu mengajakku pergi, Cu?” tanyaku masih dengan isak tangis.
“Aku juga sedang kacau. Hehe. Kita senasib. Vero menghilang lagi.” terang Armand. Rupanya dia juga sedang terluka batin dan pikirannya.
“Owh.” Jawabku lirih.
"Maaf Cu, kalau aku meneleponmu di saat yang tidak tepat.” lanjutku kemudian.
“Aku menyukai kamu, Nek.”
(...)
Bersambung.
Wah ini bisa tumbuh benih benih cinta ini Armand sama sahabatnya. Bahaya inii. Ckck
BalasHapusSahabat rasa pacar detected.wutwutwut
HapusDari paragraf pertama aku baca sdh nggak nyaman, ya, krn pemakaian tanda baca msh blm rapi & banyak diksi yg penempatannya kurang pas.
BalasHapusMohon maaf jika alu lancang 🙏
Kita saat ini sama2 berada di odop7
Thanks - gendhukgandhes
Tidak apa apa mba, saya sedang belajar bikin fiksi 😀, masih lemah saya kalau bikin fiksi 😄
HapusTerimakasih koreksinya, akan saya edit kembali 🙏
Udah mengalir ceritanya. Jangan lupa tiap ada percakapan, dienter ya biar turun:)😊🙏👍👍 terimakasih mb "Nyitt" sering mampir k rumahku d Tokyo, lilis.
BalasHapusIya mba, nulis cerita fiksi bagiku tuh sesuatu yang susah banget, tapi semacam tantangan
HapusSilahkan dibedah ya, saya terima dengan ikhlas saran dan kritiknya hihihi
Ya Allah, ternyata "Nyittt" itu Kak Prajna, aq bingung seribu purnama 😅, nyari2, thank's Kak Lilis sdh membantu menemukan seseakun ini🙏
BalasHapusIdem sama komentar di atas, dan dialog antartokoh yg berbeda sebaiknya di paragraf terpisah🙏...👍😁 terima kasih sdh sering mampir di lapakku, Kak😍
Wakakaka...iya, maapkeun pakai nama yang berbeza, baiq kakak, terimakasih atas perhatiannya kepadaku yang masih banyak belajar menulis 🌹💖
HapusJangan pergi Cu, masih ada aku yang membutuhkanmu. Wkwkwk
BalasHapusSalam dari Valetta
wakwakwak...salam kenal juga
HapusWah, bagaimanakah kelanjutan ceritanya? Siap menanti. 😁
BalasHapusokey, nunggu pangsit datang dulu yaa
HapusHwaa lanjutkan kak..
BalasHapusashiaaappp...tunggu yak
HapusJadi ingat seseorang, wkwk
BalasHapuseaaakk..siapakah itu?
HapusDuh, biasanya gitu yaaa. Dari sahabat jadi suka, soalnya udah tau "bobroknya" masing-masing, jadi lebih nyaman. Hihihi..
BalasHapusSalam hangat dari Grup Valletta, Mbak
hai,hai, salam kenal juga yaa
HapusWaduw cinta terpendamkah selama ini? Jadi penasaran... he-he-he
BalasHapusSalam hangat dari negeri Valletta
hihihi...cinta yang bertepuk tangan aja
Hapussalam kenal juga, terimakasih sudah sudi mampir
episode selanjutnya pasti sudah bahagia punya cucu beneran dan jadi nenek asli
BalasHapuseits,,jangan salah,,akan ada tangisan bombay di kelanjutannya,,wakakak
Hapus