Minggu, 27 Oktober 2019

FAMILY ROAD TRIP KE JAKARTA (PART 2 : CIREBON)


Jam sudah menunjukkan pukul 8.00 ketika kami meninggalkan rest area tol Brebes. Dengan perut kenyang, hati riang kami lanjutkan road trip kami ke Jakarta. Kiranya kami sudah menempuh separuh perjalanan. Masih penjang memang, tapi kami menikmatinya. (Asal si bayi tidak rewel saja, perjalanan tetap menyenangkan, hihihi).

Setelah berkendara selama 3 jam, rambu petunjuk jurusan tol menerangkan bahwa kami akan memasuki wilayah Cirebon. Tiba-tiba suami nyeletuk kalau ingin mampir ke sana. Aku iyakan keinginan suami, karena mumpung dilewati, kapan lagi kami punya kesempatan dolan ke Cirebon.

Kota yang terkenal dengan sebutan Kota Udang ini adalah salah satu kota yang berada di wilayah provinsi Jawa Barat. Selayaknya kota yang berada di pesisir pantai, tepatnya di pesisir utara pulau Jawa, cuaca Cirebon di siang hari juga panas terik. Matahari bersinar cerah kala kami memasuki kotanya.

Aku baru tau kalau Cirebon dulunya adalah sebuah kerajaan. Terbukti dengan adanya jejak sejarah berupa Keraton Kasepuhan Cirebon. Kami berhenti untuk menengok bangunan Keraton Kasepuhan Cirebon. Hitung-hitung juga berwisata, memperkenalkan sejarah kepada anak sulungku. Untuk memasuki areanya, kita hanya perlu membayar Rp 10.000,00/kepala.

Di dalam area keraton terdapat museum yang menjelaskan tentang sejarah Keraton Kasepuhan Cirebon. Untuk masuk ke sana, per orang akan dikenakan biaya Rp 25.000,00. Di dalamnya terdapat kaca display yang memamerkan barang-barang peninggalan kerajaan, seperti senjata perang, alat musik gamelan, guci-guci, kereta kencana, dan baju zirah. Museumnya tidak terlalu besar, tapi cukup untuk menyuguhkan dan menjelaskan tentang asal-usul keraton Cirebon.


Museum pusaka keraton kasepuhan Cirebon

Kereta kencana yang menjadi salah satu koleksi museum

Setelah puas berada di dalam museum, kami melangkahkan kaki ke dalam area keraton. Gerbang khas keraton berjarak  tak jauh dari bangunan museum. Kami berkeliling untuk melihat-lihat suasana bangunan keratonnya. Seperti halnya bangunan keraton di Jogjakarta, keraton Cirebon juga memiliki beberapa bagian bangunan. Ada area siti inggil, area langgar (musholla), bangunan utama keraton yang juga trebagi menjadi beberapa bagian.

Bagian depan keraton kasepuhan Cirebon

Berada di salah satu bagian bangunan di dalam keraton Cirebon

Areanya cukup luas, tetapi karena panas matahari mulai menyengat, kami putuskan untuk mengakhiri penjelajahan kami di Keraton Kasepuhan Cirebon. Kamipun beranjak dari wisata edukasi sejarah dan beringsut ke wisata kuliner. Horeee, ini yang sudah aku tunggu-tunggu.

Setelah browsing di google, tersebutlah makanan empal gentong sebagai kuliner khas Cirebon. Penasaran bagaimana rasanya, kamipun tak sabar untuk mencobanya. Pilihan kami tertuju pada empal gentong Haji Apud.

Seporsi empal gentong, seporsi empal asem, seporsi tahu gejrot, dan 3 porsi nasi menjadi pilihan menu makan siang kami. Semangkuk empal gentong berisi irisan daging yang diberi kuah santan berwarna kuning pekat, pertanda bumbunya yang medok. Rasanya hampir mirip dengan soto betawi. Gurih nikmat yang pasti.



Empal gentong dan Empal asem khas Cirebon ala Haji Apud

Berbeda rasa kuahnya dengan empal gentong,  kuah empal asem cenderung bening dengan cita rasa asam segar dan gurih. Semangkok empal asem sama-sama berisi irisan daging dan tomat.

Puas dengan kuliner khas Cirebon, kamipun bergegas untuk melanjutkan perjalanan kami yang kira-kira tinggal sepertiga lagi. Matahari sudah mulai condong ke barat ketika kami akan meninggalkan kota wali, Cirebon. Semoga kami sekeluarga bisa mengunjungi kota ini kembali di lain hari. Dan perjalanan kami menuju Jakarta pun masih berlanjut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar