Fyuh, tidak terasa
kelas menulis “One day One Post” sudah memasuki pekan ke empat. Aku tidak
menyangka bisa sampai sejauh ini. Yeay!
Dan tantangan ODOP pekan 4 adalah improvisasi cerita rakyat. “Nah loh, tantangan apa pula ini?”
pikirku.
Jadi peserta ODOP batch 7 kali ini ditantang untuk menulis
ulang cerita rakyat atau legenda dengan improvisasi. Peserta boleh memilih
cerita rakyat dari daerah mana saja, tetapi kita dituntut untuk berimprovisasi,
bebas menceritakan kembali dari sudut pandang yang berbeda. Terserah kalau mau
tokohnya diganti, tempatnya diganti, endingnya diganti. Pokokya bebas! Dan tidak
lupa untuk tetap menyertakan pesan moral dari legenda yang akan diimprovisasi
ceritanya.
Hmm, tantangan yang bakal menguras imajinasi nih, pikirku saat tantangan ini mulai
dibagikan. Bagaimana tidak, legenda yang sudah merakyat, mesti dirubah entah
cerita, tokoh, latar, alur, atau bahkan ending. Oke, baiklah. (Lalu aku membatin, ini baru tantangan improvisasi
legenda, bagaimana kalau tiba waktunya tantangan membuat puisi ya? Bendera
putih sepertinya. Wakwakwak.).
Langkah selanjutnya adalah menentukan cerita rakyat mana
yang akan aku imprvisasi ceritanya. Bingung dong,
kepikiran mau menceritakan versi lain “Kancil Nyolong Timun”. Tapi kok sepertinya standar sekali. Hahaha.
(Soalnya dari kecil sebelum tidur si mbahku selalu bercerita cerita itu).
Karena ingin berimajinasi seliar mungkin, aku mencari
alternatif cerita rakyat lainnya dengan bertanya pada teman-teman di grup chat.
(Muahahaha, sampai segitunya ya). Terimakasih sebanyak-banyaknya aku tujukan kepada
temanku, Meyta. Dia langsung meresponku dengan mengirimkan contoh legenda di
Indonesia. Dia semacam punya buku primbon cerita rakyat. Keren banget.
Dan setelah pusing setengah harian diantara setumpuk
pekerjaan kantor, akhirnya kuputuskan untuk mengimprovisasi cerita rakyat Ario
Menak dari pulau Madura. Setelah aku baca, kok
hampir mirip dengan legenda Jaka Tarub dari Jawa Tengah ya. Di sinilah terjadi pergolakan
batin. Aku harus memilih yang mana? Aryo Menak atau Jaka Tarub atau keduanya?
(Berasa milih jodoh ya, wakwakwak). Oke,
aku pakai dua-duanya, karena aku ingin menjalin benang merah antara kedua
cerita ini, boleh dong ya.
Kisah legenda Jaka Tarub dan Aryo Menak ini sendiri
sama-sama menceritakan tentang seorang pemuda yang tidak sengaja melihat
sekumpulan bidadari sedang mandi di suatu telaga. Lalu dia jatuh cinta dan ingin
menikahi salah satu dari bidadari tersebut. Namun cara yang dilakukannya salah
yaitu dengan mengambil selendang Sang Bidadari. Bidadari yang selendangnya
hilang itulah yang akhirnya menikah dengan si pemuda itu.
Singkat cerita, merekapun menikah. Namun sayang, si pemuda
melanggar larangan sang istri agar tidak membuka tutup periuk nasi. Alhasil kesaktian
sang bidadari sirna, dia yang seharusnya dapat menanak nasi dengan sebutir beras,
harus mengambil beras yang cukup banyak untuk ditanak. Nahas bagi Jaka Tarub
tetapi mujur bagi sang bidadari, karena pada akhirnya sang bidadari dapat
menemukan selendang ajaibnya di dalam lumbung beras. Sang bidadari akhirnya meninggalkan si pemuda dalam kedukaan untuk kembali ke kayangan. Demikian.
Lalu pertanyaanku, mau dibawa kemana cerita Jaka Tarub dan
Aryo Menak ini? Jujur, sehari semalam aku kepikiran mencari cerita yang pas
untuk menjalin benang merah kedua legenda ini. Apa dijadikan kakak-adik saja?
Atau saudara kembar? Atau teman? Atau musuh? Tiba-tiba, jeng jeng, kenapa tidak
dijadikan hubungan ayah-anak saja dua tokoh utama ini. Ya, kuputuskan mereka
menjadi ayah dan anak di cerita yang aku beri judul “Kisah Arya Bumi Dan Mestika Biduri Bulan”.
Beberapa cerita dalam kisah ini terinspirasi dari novel “Harry Potter
and The Sorcerer’s Stone”. Di cerita itu dikisahkan Harry Potter memiliki
batu bertuah, nah terpikirkan olehku bagaimana jika Arya Bumi juga memiliki batu
bertuah untuk bertemu dengan Sang Ibundanya, Datu Rembulan yang seorang
bidadari. Nama batu bertuah yang aku munculkan di cerita ini, Mestika Biduri
Bulan, terinspirasi dari nama jalan di kompleks perumahanku. Ndilalah kok ya pas gitu sama ceritaku.
(Bahasa Indonesia ndilalah itu apa ya? Wakakaka). Pada awalnya aku ingin membuat ending cerita yang tragis, tetapi aku
berpikir jika pembaca cerita ini adalah usia anak-anak, putar haluanlah menjadi
ending cerita yang bahagia.
Selain menimprovisasi cerita rakyat, kita juga
diwajibkan untuk menyampaikan pesan moral kepada pembaca melalui cerita yang dibuat. Dalam kisah “Arya Bumi Dan Mestika Biduri
Bulan”, aku cukup banyak memberikan pesan moral ke dalamnya. Seperti kewajiban
seorang anak untuk menyayangi orang tua mereka, kewajiban kita untuk memaafkan
dan berani meminta maaf saat membuat kesalahan, jangan suka berbohong, larangan untuk mencuri, dan
lain sebagainya. Semoga saja pesan moral dalam ceritaku bisa tersampaika dengan baik.
Jadi, aku rasa tantangan ODOP kali ini benar-benar menantang.
Karena benar-benar membuat otakku bekerja keras (Akhirnya terpakai juga otakku,
muahahaha). Masih banyak sekali kekurangan di sana sini, baik dari diksi,
pemakaian tanda baca, rangkaian percakapannya, dan lain-lainnya. Namun
percayalah, aku telah berusaha dan mencoba memberikan kemampuan terbaikku. Tsaahh.
Penasaran dengan kisahku tentang legenda improvisasi Jaka Tarub x Aryo Menak yang berjudul “Kisah Arya Bumi Dan Mestika Biduri Bulan”? Silahkan klik link di bwah ini ya. Kritik dan saran dari teman-teman dengan senang hati aku terima.Selamat membaca dan terimakasih.
Tantangan ODOP batch 7, pekan 4 :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar