Lalu di mana peran ayahku? Ah, jangan
ditanya di mana dia. Aku tak pernah mengenal sosoknya. Diantara tiga lelaki
yang selalu berada di sekeliling ibuku, aku tak tau pasti yang mana ayahku.
Ibuku tak pernah bercerita, pun aku tak mau tau.
Diusir dan digusur sudah menjadi
makanan sehari-hari bagi kami. Seperti sore itu ketika tak sengaja aku lewat di
depan rumah bergaya minimalis bercat putih gading itu. Kupandangi rumah itu
dengan penuh harap semoga sang empunya rumah berbaik hati memberiku sedikit
makanan, walaupun hanya makanan sisa. Namun usiran yang ku terima.
Dengan langkah gontai kutinggalkan rumah
itu. Sehina itukah aku dihadapan mereka, Ya Rabb? Tak ada sedikit pun niat
burukku kepada mereka.
Hidupku mungkin terlihat mengenaskan
di mata kebanyakan orang, tetapi kuterima takdir Sang Maha Pencipta dengan
lapang dada. Bersyukur masih bisa bermain dan bersenda gurau dengan ketiga
saudaraku. Sebagai lelaki tertua di antara ketiga saudaraku , aku harus bisa
melindungi mereka.
Ya, aku bertekad untuk menjadi pejantan tangguh bagi keluargaku. Takkan kubiarkan diriku menjadi pribadi yang lemah dan cengeng. Aku akan bertahan dalam kondisi sesulit apapun.
Tadinya masih menebak-nebak ini tokoh cewek apa cowok, terjawab sudah.
BalasHapuslanjutin hingga akhir ya bu kiya..yeyeyelalala
Hapus