Suamiku, tak lain adalah teman seangkatanku semasa SMP dan
SMA. Namun anehnya, kami tidak pernah saling sapa, pun kenal saja tidak.
Hihihi. Ya itulah yang namanya jodoh. Mau dicari sampai ke ujung dunia,
ujung-ujungnya berjodoh dengan teman semasa sekolah.
Facebook, media
sosial yang menjadi saksi bisu awal pertemuanku dan suami. Kala itu tidak ada
angin tidak ada hujan, tiba-tiba ada seorang pria menyapaku melalui chatroom Facebook. Kekepoanku seketika muncul, siapa gerangan lelaki yang
menyapaku ini. Setelah aku telusuri, baru kusadari kalau dia adalah teman satu
sekolah. Mencoba mengingat-ingat roman muka lelaki yang saat itu tak
terbayangkan jika dia kelak menjadi
imamku ini, tetapi tak terlintas ingatan sedikitpun tentang wajahnya. Iseng
kubertanya pada teman baikku yang juga satu SMA dengan kami, tak kunyana dia malah
ingat dengan sosok dia.
Suamiku rupanya lelaki yang cukup populer di sekolah pada zamanku.
Hobinya cukup ekstrim, seperti berantem,
balap motor, dan bolos sekolah. Ups, maaf ya Pak Suami, tidak bermaksud untuk
membuka aib masa lalu kok. Hihihi. Namun itu sudah menjadi masa lalu suamiku. Sekarang
dia menjadi sosok imam keluarga yang
paling bijaksana dan bertanggung jawab di mataku. Sisa-sisa kebandelan dia di
masa lalu terkadang kami jadikan bahan guyonan.
Katanya, untung dia pernah bandel, sehingga dia akan tau bagaimana mengarahkan
dua anak kami, yang notabene laki-laki semua, agar tidak salah pergaulan
seperti yang pernah dia alami.
Hari-hari yang kami lewati sebagai sepasang suami-istri
bukan tanpa halangan. Banyak konflik-konflik kecil yang harus kami hadapi.
Keegoisan masih sering muncul di awal pernikahan kami. Dan Alhamdulillah kami
bisa menghadapi itu semua. Kuncinya adalah komunikasi, sebesar apapun rasa mangkel terhadap sifat atau perilaku
pasangan kita, ungkapkan saja. Karena itu bisa menjadi bahan introspeksi diri kita
masing-masing. Tidak ada manusia yang sempurna, aku dan suami banyak
kekurangannya. Namun kami saling melengkapi kekurangan dan kelebihan
masing-masing.
Usia penikahan kami terbilang masih sangat muda. Baru menginjak
TK kalau di usia manusia. Aku yakin akan ada banyak tantangan yang siap menguji
kami. Namun kami juga yakin akan bisa melampauinya. Kami berdua sedang dan
masih berproses untuk menjadi orang tua yang ideal, orang tua yang bisa menjadi suri tauladan bagi dua jagoan
kami. Tak pernah lepas dari doaku kepada Allah yang telah mempersatukan kami,
agar kami selalu dimudahkan dan dilancarkan untuk dapat menaklukkan
kerikil-kerikil tajam kehidupan rumah tangga kami. Inginku mengarungi bahtera
rumah tangga yang sakinah, mawadah dan rahmah hanya bersamamu, wahai Suamiku. Allahumma
amin.
Aamiin, semoga sampai surgaNya kelak
BalasHapusAllahumma aminnn, matur nuwun mba bwt doanya 🌹🌹
Hapus