Jumat, 25 Oktober 2019

HANCUR LEMBUR

"Flashdisk masih nancep di laptopku woi."

"Persetan Juuul, cepetaaannn. Lariii."

Entah apa yang merasukimu. Hingga kau tega menghianatiku. Entah apa yang merasukimu. Hingga kau tega menghianatiku. Entah apa yang merasukimu. Hingga kau tega menghianatiku. 

"Nomor siapa lagi ini?"

"Aaarrrggghhh. Siaaalll."


*******

Kantor kontraktor bernuansa ivory itu jauh dari kata menyeramkan. Bangunannya bergaya modern minimalis malahan, dengan papan nama besar merah menyala terpasang gagah di tembok bagian luar. Ruangan lobi kantor didominasi oleh kaca tembus pandang, dengan tirai roller blinds yang menutupinya. PT. Jagat Infrastruktur Nusantara namanya, disingkat PT. JIN. Entah nama itu sengaja dipilih atau tidak oleh sang pemilik, sehingga singkatannya membuat agak bergidik bagi siapa saja yang membacanya.

Namun banyak kisah yang berhembus kalau kantor itu angker, seram, banyak hantunya, blablabla. Tak jarang karyawan PT. JIN sendiri yang diganggu oleh makhluk-makluk astral tak kasat mata. Suatu saat, ada karyawannya yang nyeletuk, "Ya jelas banyak makhluk halusnya, lah wong kantornya aja namanya PT. JIN, di dalamnya ya banyak jinnya."

Celetukan yang dianggap candaan tersebut rupanya langsung ditanggapi oleh penghuni tak kasat mata kantor itu. Ketika hendak berwudu, si karyawan ditepuk pundaknya cukup keras, tetapi ketika dia menoleh, tak ada siapapun di belakangnya. Lari terbirit-biritlah dia. Bagaimana tidak, karena kondisi kantor yang kosong kala itu.

Ada juga karyawati kantor itu yang diganggu dengan suara-suara aneh. Dari mulai suara tangisan tanpa ada sosok yang menangis, hingga suara deru mesin alat berat yang jelas-jelas berada di depan halaman kantor dan sedang tidak beroperasi. Atau ada juga yang diganggu dengan bayangan putih berseliweran di dalam kantor. Hmmm.

Sebenarnya kantor itu terletak di suatu perumahan elit yang sayangnya masih banyak tanah kosong di sekitarnya.  Tetangga di deretan kantor PT. JINpun hanya ada 7 rumah. Sialnya diantara 7 rumah tersebut, 5 rumah dipasang plang "DIJUAL". Konon kabarnya, perumahan di sana kurang diminati pembeli, karena lokasinya yang berada di bawah tower saluran udara tegangan ekstra tinggi alias SUTET.

Kala siang, suasana angker tidak akan terasa meskipun banyak semak belukar dan pohon-pohon besar yang bercokol di area tanah kosong. Namun, jangan ditanya kondisi perumahan di malam hari, sepi, sunyi, bahkan tidak ada penerangan lampu di sepanjang jalan perumahan. Aneh memang, perumahan elit rasa desa tertinggal. Huft. Yah jangan salahkan SUTET saja kalau perumahan ini tak laku, prasarananya saja jauh dari kata elit.

Hingga kejadian mistis dan traumatis itu datang menghantui 3 orang karyawan PT. JIN. Adalah Pucung, Ijul, dan Agus yang sengaja begadang karena lembur. Nahasnya, malam itu bertepatan dengan malam Jumat Kliwon yang kata orang-orang adalah malam terangker diantara malam-malam yang lain. Dari awal, sudah ada rasa was-was yang menyerang diri mereka. Namun bayangan sekelebat di benak mereka tentang kemarahan bos jika gagal upload tender lebih angker daripada penampakan genderuwo sekalipun. Pikir mereka kala itu, sebelum suatu kejadian itu menimpa mereka.

"Krik, krik, krik..."
"Tik, tok, tik, tok..."

Malam kian terasa larut. Jam dinding telah menunjukkan pukul 01.30 dini hari. Hanya duet suara detik jam dan nyanyian jangkrik yang mengiringi kerja lembur mereka. Pucung, Ijul, dan Agus terbawa pada fokus pekerjaan masing-masing. Sepuluh jam dari batas waktu upload. Mereka berpacu dengan waktu agar tender bisa diunggah tepat waktu. Jenuh mulai melanda otak 3 sekawan ini.

Ruangan lobi mereka pilih untuk lembur berjamaah malam itu. Pucung masih asyik bekerja dengan headset di telinga. Pun dengan Agus dan Ijul. Sesekali mereka bercanda atau bermain gitar dan bernyanyi bersama untuk melepas ketegangan otot dan otak. Tirai kaca lobi sengaja dibuka setengah, hanya agar pandangan terasa lega. Meskipun pemandangan malam pekat yang terlihat diantara deretan rumah dan tanah kosong sekitar kantor.Sejauh ini aman, tidak ada gangguan.

Hingga...

Pucung sendiri di ruangan itu. Ijul sedang keluar untuk merokok di pos satpam yang letaknya tak jauh dari kantor. Agus sedang ke kamar mandi untuk melepas hajat.

Sayup-sayup Pucung mendengar lantunan tembang jawa di headsetnya. Dia mengecek kanal YouTube yang dia putar, meyakinkan dia sedang mendengarkan lagu Ari Lasso.Benarlah, dia tidak sedang memutar tembang jawa. Aneh pikirnya. Bulu kuduknya mulai berdiri, dia merasa ada sosok yang melihatnya dari kejauhan, tapi tidak ada siapa-siapa di luar sana. Dia melihat ke arah pohon besar di seberang kantor. Seperti ada sesuatu di sana. Entah apa. Pucung melepas headsetnya, dan lagu jawa itu masih sayup-sayup terdengar di rungunya

Lalu tiba-tiba Agus lari gedubrakan dari arah dalam kantor.

"*****k, Cung. Siapa itu Cung?" Tanyanya pada Pucung sembari mengelluarkan sumpah serapah.

"Siapa, Gus? Ga ada siapa-siapa lagi di sini, cuma ada aku sama kamu, Ijul di pos." Jawab Pucung kebingungan.

"*****k. Ada cewe rambut panjang ***, pake baju putih di ruangan keuangan, Cung. Sumpah ga bohong aku, wajahnya nunduk, ketutup rambut." Jelas Agus sambil ngos-ngosan. Sepertinya Jantung Agus sudah anjlok ke perut.

Tak lama, mereka mendengar suara jeritan pilu seorang wanita. Jeritan itu tak berhenti hingga sekian detik. Mereka berdua saling berpandangan, seakan bertanya dalam diam, "Suara jeritan siapa itu?". Pucung gentar, degup jantungnya ikut berpacu. Kata-kata serapah kembali dikeluarkan Agus.

"Lariii..." Serta merta kedua orang itu lari sipat kuping meninggalkan kantor dan masih menyisakan pekerjaannya.

Pucung tak sengaja melihat ke arah atas pohon, di dahannya tengah terlihat sesosok makhluk seperti yang digambarkan Agus tengah duduk manis. Pucung beristighfar. Lantunan tembang jawa itu terdengar lagi.

Bapak Pucung dudu watu dudu gunung
Sangkane ing sebrang
Ingon-ingone sang Bupati

Bapak Pucung yen m'laku lembehan grana
Hihihihihi

Pucung akhirnya tau tembang apa yang sedang makhluk itu nyanyikan. Tembang pucung, ya seperti namanya. Langkah mereka terhenti tatkala bertemu Ijul di pos satpam. Ijul keheranan dengan temannya yang ngos-ngosan.

"Jul ayo pulang, sudah kita lanjut nanti aja." Ajak Pucung pada Ijul

"Kenapa, rek? Flashdiskku masih nancep di laptop woi."

"Persetan Juuul, cepetaaannn. Lariii" Ijul bingung, dia secara otomatis ikut berlari meninggalkan pak satpam, mengekor di belakang Agus dan Pucung.

"Cuuunggg, dia masih ada di belakang kita" Agus menjerit.

Entah apa yang merasukimu. Hingga kau tega menghianatiku. Entah apa yang merasukimu. Hingga kau tega menghianatiku. Entah apa yang merasukimu. Hingga kau tega menghianatiku. 

"Nomor siapa lagi ini?" Tanya Pucung lebih pada dirinya sendiri ketika ponselnya berbunyi. Private number, tak ada nomer telepon yang tertera di layarnya. Pikirannya berkecamuk.

"Aaarrrggghhh. Siaaalll." Tanpa ragu Pucung membuang ponselnya ke semak-semak.

Andai Pucung tau, bahwa yang meneleponnya adalah Big Boss untuk bertanya progres pekerjaan mereka. Hancur sudah lembur mereka. Tugas masih banyak yang mesti diselesaikan. Dan entah alasan apa yang akan mereka utarakan pada Big Boss nanti perihal tak terselesaikannya tugas ini. Bagaimanapun Pucung berpikir, ternyata omelan bos lebih enak didengar daripada nyanyian tembang jawa makhluk tak kasat mata itu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar